Mayat dari seorang penumpang gelap di penerbangan KLM dari Lagos, Negeria, menuju Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda, ditemukan terbujur kaku di lengkungan roda pendaratan pesawat (landing gear). Penumpang gelap ini diduga tewas karena kedinginan (hipotermia).
Baca juga: Niat Hati Mau Ngumpet di Ban Pesawat, Wisatawan Gelap Asal Rusia Dibekuk Petugas Bandara Taiwan
“Pria itu bersembunyi di lengkungan roda pesawat. Suhu rendah diduga berakibat fatal baginya selama penerbangan,” kata kepolisian Belanda, seperti dikutip dari Simple Flying.
Saat ini, pihak kepolisian masih menyelidiki identitas penumpang gelap tersebut sambil mencari tahu penyebab pasti kematiannya.
Maskapai nasional Belanda, yang juga menjadi maskapai tertua di dunia yang masih beroperasi tersebut, secara reguler melakoni lima penerbangan rute Lagos-Amsterdam dalam sepekan. Salah satunya adalah Airbus A330-200 KLM dengan nomor penerbangan PH-AOD yang ditumpangi penumpang gelap beberapa waktu lalu.
Pesawat setidaknya terbang di ketinggian rata-rata 37.000 kaki, dimana suhu diperkirakan mencapai -57 derajat celcius, menempuh perjalanan selama tujuh jam antara dua kota tersebut. Jangankan tujuh jam, udara sedingin dan setipis itu, secara teori, harusnya mampu membuat penumpang gelap di roda pendaratan pesawat itu pingsan dalam waktu beberapa menit, dan tewas setelahnya.
Sudah begitu, selama penerbangan, utamanya ketika lepas landas dan mendarat, penumpang gelap tewas tersebut sangat mungkin jatuh ke daratan, membuat mayatnya lebih sulit ditemukan dan tentu saja kasus penumpang gelap ini jadi tak diketahui petugas ground handling dan tidak terungkap. Beruntung, mayatnya yang terbujur kaku meringkuk di landing gear sedikit tersangkut dan tidak jatuh.
Kendati demikian, cerita penyusup atau penumpang gelap yang bersembunyi di roda pendaratan pesawat tidak melulu berakhir tragis. Sebelum terjadi di penerbangan KLM, Februari 2021 lalu, seorang penumpang gelap dalam penerbangan London menuju Bandara Maastricht Belanda berhasil selamat.
Remaja 16 tahun yang diyakini berasal dari Kenya, Afrika, itu ditemukan pada Kamis sore di ruang dekat roda pendaratan pesawat dan dibawa ke rumah sakit karena menderita hipotermia parah. “Dia sangat beruntung bisa selamat dari ini,” kata juru bicara Bandara Maastricht Aachen, seperti dilaporkan Dutch News.
Dunia penerbangan Indonesia juga tak luput dari kasus penumpang gelap. Pada 7 April 2015, seorang pria bernama Mario Steven Ambarita diamankan petugas Bandara Soekarno-Hatta tak lama setelah pesawat Garuda Indonesia GA 177 mendarat dari Pekanbaru.
Saat itu, pria 21 tahun itu jalan terhuyung-huyung, sehingga langsung menarik perhatian petugas ground handling. Jari-jarinya juga membiru dan telinga kiri berdarah. Ternyata, Mario menyusup ke roda pesawat dan bertahan di sana selama penerbangan.
Baca juga: Jadi “Penumpang Gelap,” Burung Myna Masuk Kabin A380 Singapore Airlines dan Ikut Terbang 12 Jam
Mario disebut nekat bersembunyi di roda pesawat karena ingin menemui Presiden Jokowi lantaran kecewa tidak diangkat menjadi Menko Kesra. Mario membantah dirinya gila. Dia juga santai saat aksinya itu dianggap berbahaya.
Atas aksi ilegalnya, Mario dijadikan tersangka. Hanya, ia tidak ditahan. Dia dikembalikan kepada orang tua. Insiden Mario menjadi penumpang gelap penerbangan Garuda pun menjadi sorotan media internasional, seperti The Guardian, Sydney Morning Herald, dan lain sebagainya.