Suatu hari ada kawan yang membisikan, bahwa sebaiknya tidak memesan teh atau kopi panas di dalam penerbangan. Bisikan tersebut sudah barang tentu mengundang pertanyaan, apakah ada yang salah? Bukankah sajian makanan dan minuman di pesawat udara terkenal dengan kebersihan yang ‘terjamin.’ Nah, belum lama ini terjawablah bisikan dari kawan tersebut.
Meski tak dapat di-generalisir, awak kabin yang bertugas pada umumnya tak pernah meminum teh atau kopi panas saat sedang bersantai di belakang atau di tempat mereka beristirahat. KabarPenumpang.com merangkum dari iflscience.com, ternyata air yang digunakan untuk membuat kopi dan teh mengandung berbagai bakteri yang membuat Anda bisa terkena diare atau disentri.
Baca juga: 6 Tips Ampuh Menahan BAB Saat Perjalanan Jauh
Salah seorang awak kabin mengatakan, petugas penerbangan tidak akan minum yang menggunakan air panas seperti teh dan kopi selama penerbangan. Environmental Protection Agency (EPA) menjawab terkait masalah ini dan mendapat hasil yang membuat jijik yakni menemukan banyaknya Coliform di air tersebut.
Biasanya air yang digunakan untuk minuman panas pada penerbangan langsung dari keran bukan dari botol berisi air. EPA melakukan penelitiannya pada tahun 2004 dan menemukan 12,6 persen sampel yang diambil mengandung Coliform. Coliform sendiri merupakan indikator banyaknya kotoran yang ada sehingga menentukan kualitas sanitasi makanan dan air.
“Baik total coliform dan E coli adalah indikator bahwa organisme penyebab penyakit lain (patogen) dapat hadir di air dan berpotensi mempengaruhi kesehatan masyarakat,” diambil dari catatan EPA.
Baca juga: Berakibat Buruk Saat Penerbangan,14 Poin Ini Kerap Dianggap Sepele
EPA juga menemukan dari 158 pesawat yang diuji, dua diantaranya positif E coli yang dapat menyebabkan diare dan kram perut. Tak hanya itu, satu dari delapan pesawat juga gagal memenuhi standar keamanan air yang mereka gunakan. Hal ini yang membuat para awak kabin tidak menyentuh air tersebut.
Tahun 2009, EPA kemudian mengubah standar yang mereka miliki dan memaksa maskapai-maskapai penerbangan menggunakan sumber air yang mengikuti panduan Food and Drug Administration (FDA). Maskapai-maksapai tersebut juga harus mendisinfeksi dan menguji air mereka setidaknya satu tahun sekali.
Sayangnya, aturan baru yang dibuat oleh EPA juga belum memberikan hasil yang diinginkan. Pada 2012 lalu, EPA melangsungkaan lebih banyak tes dan hasil yang didapat serupa dengan tahun 2004. Dimana hasilnya sekitar 12 persen hasil uji positif Coliform dan 0,5 persennya mengandung E coli.
International Journal of Environmental Research and Public Health tahun 2015 menemukan bahwa ada banyak bakteri di truk yang mengantar air dibandingkan dari sumber air aslinya. Jika hingga kini Anda berpikir dengan memanaskan air bisa membunuh kuman dan bakteri, baiknya pikirkan ulang. “Mungkin bisa membunuh beberapa organisme. Tapi itu tidak akan membunuh sebagian besar dari mereka,” ujar ilmuwan lingkungan Brenda Wiles. Ia menambahkan, baiknya pesan minuman seperti jus jeruk atau yang lainnya saat melakukan perjalanan dengan pesawat terbang.