Virus corona mungkin membuat perusahaan maskapai penerbangan di seluruh dunia berada dalam kondisi buruk. Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari banyaknya pengurangan frekuensi penerbangan, penutupan rute, pengurangan karyawan, pengurangan fasilitas atau layanan, hingga bangkrutnya maskapai penerbangan, sebagaimana yang terjadi baru-baru ini pada Flybe, maskapai terbesar di Inggris.
Baca juga: Pengamat: Sulit Untuk Ikuti Cina Turunkan Harga Tiket Pesawat Hingga Rp60 Ribu
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman Financial Times, Jumat, Jumat, (6/3), CEO Avolon Leases Aircraft, Domhnal Slattery, mengatakan, di tengah kondisi buruknya iklim bisnis dunia aviasi, praktis, maskapai tak punya pilihan lain kecuali efisiensi dan menahan uang cash (tunai). Selain itu, saat ini, leasing pesawat terbesar di dunia tersebut mengaku juga telah banyak dihubungi oleh pelanggannya selama periode kritis akibat wabah virus corona.
“Ketika industri penerbangan terpengaruh, ia cenderung bergerak cepat untuk menghemat uang. Itulah yang kami lihat di sini. Telepon sudah mulai berdering. Kami telah melihat langkah dramatis dari maskapai penerbangan menjangkau untuk melakukan transaksi jual dan sewa kembali,” katanya.
Di antara banyaknya pelanggan perusahaan tersebut, lanjutnya, rata-rata mereka datang dari maskapai-maskapai penerbangan asal Cina. Hal itu tentu sejalan dengan apa yang terjadi belum lama ini, dimana, banyak maskapai Cina berani menawarkan harga tiket super murah, mencapai Rp60 ribu hanya untuk mendorong upaya pemulihan minat masyarakat bepergian menggunakan pesawat terbang.
Melihat banyaknya maskapai Cina yang mulai melakukan beberapa kerjasama pembiayaan, ia pun berujar bahwa hampir tak ada celah untuk melihat maskapai asal Negeri Tirai Bambu tersebut bangkrut. Hal itu dikarenakan pemerintah Cina turun tangan langsung untuk menyelamatkan perusahaan.
“Kebangkrutan dari maskapai besar Cina (di tengah wabah virus corona) tak mungkin. Sebab, pemerintah Cina akan turun tangan. Tidak diragukan lagi,” tambahnya.
Selanjutnya, ia juga ‘mensyukuri’ dengan bangkrutnya beberapa maskapai penerbangan dalam beberapa waktu belakangan, seperti Gemania (Jerman), Jet Airways (India), Flybe (Inggris), dan banyak maskapai lainnya. Menurutnya, hal itu memang sangat wajar dan pantas dialami oleh maskapai penerbangan tersebut karena memiliki kinerja bisnis yang buruk, modal sedikit, dan kelebihan karyawan.
Baca juga: Terjebak ‘Badai’ Corona, Nasib Pesawat Widebody Sejumlah Maskapai Jadi Tak Jelas
Avolon Leases Aircraft sendiri adalah perusahaan leasing pesawat terbesar di dunia. Perusahaan yang berbasis di Dublin, Irlandia tersebut mayoritas sahamnya dimiliki oleh Bohai Leasing, perusahaan leasing (apapun, tak terbatas hanya pada leasing pesawat saja) terbesar kedua di dunia, beroperasi di 80 negara, dengan aset mencapai Rp653 triliun.
Tahun lalu, Avolon Leases Aircraft melaporkan berhasil mencatatkan laba bersih Rp10,2 triliun, naik sedikit dari tahun sebelumnya diangkat yang nyaris sama, serta total kepemilikan pesawat mencapai 925. Dengan banyaknya maskapai yang tengah terpuruk dan membutuhkan dana segar, perusahaan tersebut diperkirakan akan mendapatkan laba bersih yang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Melihat banyaknya maskapai Cina yang mulai melakukan beberapa kerjasama pembiayaan, ia pun berujar bahwa hampir tak ada celah untuk melihat maskapai asal Negeri Tirai Bambu tersebut bangkrut. Hal itu dikarenakan pemerintah Cina turun tangan langsung untuk menyelamatkan perusahaan. “Kebangkrutan dari maskapai besar Cina (di tengah wabah virus corona) tak mungkin. Sebab, pemerintah Cina akan turun tangan. Tidak diragukan lagi,”.
Virus corona yang tengah mewabah ini menyebabkan petaka bagi maskapai. Hal tersebut scetidaknya dapat dilihat dari banyaknya pengurangan frekuensi penerbangan, penutupan rute, pengurangan karyawan, pengurangan fasilitas atau layanan, hingga bangkrutnya maskapai penerbangan, sebagaimana yang terjadi baru-baru ini pada Flybe, maskapai terbesar di Inggris.
CEO Avolon Leases Aircraft, Domhnal Slattery, mengatakan, di tengah kondisi buruknya iklim bisnis dunia aviasi, praktis, maskapai tak punya pilihan lain kecuali efisiensi dan menahan uang cash (tunai).
Avolon Leases Aircraft sendiri adalah perusahaan leasing pesawat terbesar di dunia. Perusahaan yang berbasis di Dublin, Irlandia tersebut mayoritas sahamnya dimiliki oleh Bohai Leasing, perusahaan leasing (apapun, tak terbatas hanya pada leasing pesawat saja) terbesar kedua di dunia, beroperasi di 80 negara, dengan aset mencapai Rp653 triliun.
Selanjutnya, ia juga ‘mensyukuri’ dengan bangkrutnya beberapa maskapai penerbangan dalam beberapa waktu belakangan, seperti Gemania (Jerman), Jet Airways (India), Flybe (Inggris), dan banyak maskapai lainnya. Menurutnya, hal itu memang sangat wajar dan pantas dialami oleh maskapai penerbangan tersebut karena memiliki kinerja bisnis yang buruk, modal sedikit, dan kelebihan karyawan.
Rafi Lazuardi/180505011195
Banyak perusahaan penerbangan yang bangkrut karena adanya virus corona yang mengakibatkan banyaknya orang-orang yang tidak berani keluar rumah agar terhindar dari virus yang mengerikan akhir-akhir ini. Ada beberapa perusahaan penerbangan yang mulai bangkrut seperti Germania (German), Jet Airways (India) dan Flybe maskapai dari Inggris. Dengan adanya kasus seperti virus Corona ini membuat perusahaan leasing menjadi mendapatkan laba yang cukup signifikan seperti Avolon Leases Aircraft perusahaan asal India ini. Jadi Perusahaan Leasing ini akan mendapatkan banyak keuntungan yg cukup signifikan, apalagi banyak perusahaan-perusahaan penerbangan yang mulai bangkrut atas kasus virus Corona yang melanda di berbagai negara saat ini.