Setelah sukses terbang terbatas di Singapura pada Oktober 2019 lalu, Volocopter kian dekat saja dengan pasar di Asia Tenggara. Salah satu buktinya, penyedia layanan on-demand Grab menggandeng Volocopter untuk menguji kelayakan layanan taksi udara di seluruh Asia Tenggara. CEO Volocopter, Florian Reuter mengatakan, adanya studi kelayakan tersebut untuk mengeksplorasi kemungkinan uji penerbangan bersama.
Baca juga: Sukses di Jerman Hingga Dubai, Giliran Volocopter Unjuk Gigi di Singapura
Selain itu juga sekaligus meneliti rute di kota mana yang cocok untuk penggunaan taksi udara di Asia Tenggara. Nantinya setelah uji coba, taksi udara ini akan dievaluasi. Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, Florian mengatakan, kerja sama tersebut merupakan langkah penting menuju komersialisasi Urban Air Mobility di salah satu kawasan paling macet di dunia.
“Bersama-sama kita akan belajar dari wawasan ya ng belum pernah terjadi sebelumnya tentang peluang ekonomi dan sosial di rute terpanas di Pasar Asia Tenggara,” ujar Florian.
Dia menyebutkan, kolaborasi ini juga akan melihat potensi untuk kerja sama yang jauh lebih besar dan pada akhirnya dapat memperluas mobilitas antar moda transportasi udara. CEO Grab Venture Chris Yeo mengatakan, pihaknya sudah mengumpulkan pola lalu lintas dan wawasan pelanggan di wilayah tersebut yang dapat membantu tim menghasilkan solusi mobilitas paling inovatif untuk menyambungkan destinasi transportasi.
Saat uji coba di Singapura, Volocopter berhasil mengudara selama kurang lebih dua menit – atau satu menit lebih cepat ketimbang yang diiklankan oleh pihak perusahaan. Ini bukan lantaran masalah teknis, melainkan karena faktor cuaca yang tidak mendukung saat uji coba. Adapun uji penerbangan di Singapura dilakukan oleh seorang pilot di dalamnya. Kendati demikian, nantinya moda-moda udara modern semacam ini akan berjalan secara otonom alias nirawak.
“Kemitraan ini akan memungkinkan Volocopter untuk lebih mengembangkan solusi mobilitas udara perkotaan yang relevan bagi komuter Asia Tenggara sehingga mereka dapat memutuskan pilihan perjalanan yang mereka pilih berdasarkan anggaran, kendala waktu dan kebutuhan lainnya, dengan cara yang mulus,” jelas Chris.
Volocopter menargetkan, penerbangan komerisal akan dimulai pada 2022 mendatang di mana penumpang nantinya bisa terbang dari satu Voloport ke Voloport lainnya. Bahkan mereka juga menargetkan sudah akan memiliki puluhan Voloport pada 2035 di Singapura.
Volocopter juga berharap di 2035 akan mampu mengangkut sepuluh ribu penumpang per harinya. Taksi udara dengan dua tempat duduk ini dirancang khusus untuk penerbangan di dalam kota dan akan tetap stabil bahkan dengan turbulensi mikro di sekitar gedung pencakar langit.
Taksi udara yang terlihat seperti helikopter itu dapat beroperasi dengan membawa penumpang dengan berat hingga 160 kg, dan menempuh jarak hingga 30 km, dengan kecepatan tertinggi sekitar 100 km per jam dan akan jauh lebih nyaman daripada helikopter.
Baca juga: Soal Taksi Udara, Inilah Serangkaian ‘PR’ yang Kudu Diselesaikan Volocopter
Selain Grab, Uber berencana meluncurkan layanan taksi terbang pada 2023. Startup berbagi tumpangan (ride hailing) berkolaborasi dengan sejumlah mitra, termasuk Volocopter. Banyak perusahaan teknologi yang berupaya meluncurkan layanan serupa. Namun, beberapa di antaranya gagal atau molor dari tenggat waktu.
Volocopter mengembangkan helikopter listriknya sejak 2011, helikopter listrik ini beroperasi dengan teknologi drone dengan lepas landas dan mendarat secara vertikal atau Electric vertical take-off and landing (eVTOL), bahkan sudah diuji coba terbang melewati Dubai, Helsinki, Las Vegas dan Stuttgart.