Wednesday, October 9, 2024
HomeHot News29 Mei 2003 - Qantas Flight 1737 Gagal Dibajak Berkat Pramugara Sekarat

29 Mei 2003 – Qantas Flight 1737 Gagal Dibajak Berkat Pramugara Sekarat

Hari ini 21 tahun lalu yang bertepatan dengan 29 Mei 2003, pesawat Boeing 717-200 Qantas selamat dari pembajakan berkat aksi heroik pramugara. Dalam kondisi berdarah-darah setelah ditikam menggunakan bambu runcing oleh pembajak, ia bangkit dan berhasil menjatuhkannya sebelum dibantu penumpang lainnya.

Baca juga: Apa yang Dilakukan Pilot Jika Ada Ancaman Pembajakan di Pesawat? Berikut Ulasannya

Ketika itu, pesawat yang dioperasikan oleh National Jet Systems yang beroperasi sebagai Qantaslink atas nama Qantas, dengan nomor registrasi VH-NXN, lepas landas dari Bandara Melbourne pukul 14.50 waktu setempat menuju Launceston. Pesawat membawa 47 penumpang dan enam kru.

Pesawat dinyatakan sudah laik terbang dari hasil pre-check. Begitu juga dengan penumpang, semuanya dinyatakan aman dan memiliki rekam jejak yang baik. Selama proses boarding sampai close door, push back, dan pesawat lepas landas, semuanya tampak biasa-biasa saja. Tidak ada tanda-tanda aneh dari penumpang.

Barulah setelah pesawat climbing dan mulai cruising atau sekitar 10 menit lebih, saat kru bersiap untuk menyiapkan makanan dan tanda sabuk pengaman dimatikan, salah satu penumpang bernama David Robinson bangkit dan berjalan di lorong.

Menurut kesaksian penumpang dan kru kepada pihak kepolisian, yang dikutip Simple Flying, ia tampak gelisah dan begitu tertekan. Dalam kondisi tersebut, ia terus berjalan ke kabin depan menuju kokpit sambil membawa bambu atau kayu runcing yang disembunyikannya di jaket.

Tanpa aba-aba, ia langsung menikam pramugari Denise Hickson dan flight purser Greg Khan. Hickson terkapar tak berdaya selama beberapa detik. Sedangkan Khan masih bisa melawan meskipun dalam kondisi berdarah-darah. Secara heroik, ia berhasil melumpuhkan pembajak robinson. Melihat keributan tersebut, penumpang lain satu persatu mulai membantu dan mengikat sang pembajak di kursi.

Pesawat kemudian return to base atau RTB ke Bandara Melbourne dan melakukan pendaratan darurat pada pukul 15.25. Setelah mendarat, dua kru kabin (Khan dan Hickson) langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk perawatan. Adapun Robinson langsung diamankan pihak kepolisian.

Dalam pengakuannya kepada pihak kepolisian, Robinson mengaku memang berniat untuk membajak pesawat untuk ditabrakkan ke Walls of Jerusalem National Park di Tasmania.

Fakta lain yang terungkap bahwa ini adalah percobaan ketiga setelah dua sebelumnya gagal mendapat momentum. Ia berbuat seperti itu lantaran stress usai kehilangan pekerjaan dan melampiaskannya ke kokpit untuk membakarnya dan menabrakkannya ke target tersebut.

Pada bulan Juli 2004, hakim Mahkamah Agung di Victoria memutuskan Robinson tidak bersalah atas tiga dakwaan yang diterimanya, percobaan pembajakan, percobaan pembunuhan, dan penganiayaan, karena alasan gangguan mental.

Tiga psikiater bersaksi bahwa pada saat kejadian, Robinson didiagnosis menderita skizofrenia paranoid parah dan ditahan untuk menjalani perawatan psikiatri.

Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Pintu Kokpit Cegah Pembajakan? Berikut Ulasannya 

Menariknya, dari peristiwa gagalnya pembajakan pesawat Qantas ini, terungkap fakta bahwa pintu kokpit pesawat tersebut belum memiliki fitur mencegah pembajakan dan masih bisa dibuka dari luar tanpa ada izin dari kru kokpit. Andai Robinson berhasil melewati kru kabin, ia bisa masuk ke kokpit dengan mudah. Atas temuan ini, Qantas pun mendapat sorotan tajam dari dunia internasional.

Pasca peristiwa serangan 11 September 2001 atau lebih dikenal 9/11, maskapai dan manufaktur pesawat semisal Boeing dan Airbus, bekerjasama untuk membuat pintu kokpit lebih tangguh, anti peluru, dan aman untuk mencegah pembajakan.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru