Bandara Milano Linate di Italia telah meresmikan terminal baru usai direnovasi berkat dukungan operator SEA Group sampai €40 juta atau sekitar Rp690 miliar (kurs 17.228). Terminal baru bandara tersebut menampilkan beberapa hal baru, mulai dari area check-in sampai area skirining.
Baca juga: Gegara Pandemi, Teknologi dan Layanan Penerbangan ini Harus Diadopsi Lebih Cepat
Selain perluasan lounge, area pujasera baru yang lebih fresh, yang paling menarik perhatian dari proyek perluasan terminal 10 ribu meter ini tentu kehadiran teknologi tinggi berupa computed tomography (CT scanner) atau CT-scan; melengkapi face boarding di area check-in.
Dilansir futuretravelexperience.com, berkat dua teknologi tersebut, proses skirining di bandara akan lebih cepat dan aman. Teknologi face boarding ini, dimana sidik jari penumpang dihubungkan dengan sidik jari biometrik, ID, dan boarding pass, memungkinkan penumpang melewati berbagai pos pemeriksaan tanpa mengeluarkan kartu identitas.
Mesin EDS-CB (Sistem Deteksi Peledak untuk Bagasi Kabin) baru yang telah dipasang menggunakan teknologi CT-scan kemudian melengkapi proses pemeriksaan menjadi lebih mudah, aman, dan cepat, menggantikan teknologi pemindai dengan sinar-X (X-ray) yang sudah kuno (karena sudah digunakan sejak 1980an di AS) masih masif digunakan sampai saat ini.
Kita tahu, hasil skrining sinar-X tak tak lebih baik ketimbang CT-scan. Hasil pindaian X-ray diketahui berbentuk citra gambar dua dimensi. Petugas yang mencurigai ada barang terlarang untuk dibawa masuk ke dalam pesawat terbang akan meminta calon penumpang untuk membuka tasnya dan melakukan pemeriksaan manual.
Sedangkan dengan CT scanner, petugas keamanan bandara bisa mendapatkan citra tiga dimensi dari tas yang dipindai. Jauh lebih jelas dibanding dua dimensi hasil pemindaian X-ray.
Di AS, hasil penelitian pada 2017 lalu, penggunaan CT –scan atau CT-scanner di bandara dapat mempercepat pergerakan lebih banyak penumpang melewati pos pemeriksaan keamanan, dari 180 menjadi 500 penumpang per jam.
Bagaimana tidak lebih cepat dibanding X-ray, dengan teknologi CT-Scan di bandara, penumpang tak lagi perlu mengeluarkan barang elektronik atau cairan yang disimpan di dalam koper atau tas. Sebab, semuanya sudah jelas terlihat dari hasil CT-scan.
Kendati perusahaan-perusahaan AS, salah satunya Analogic Corp, sudah melakukan penelitian dan pengembangan CT scan terlebih dahulu, namun, penggunaan pemindai CT atau CT-scan di bandara pertama di dunia bukan dari sana, atau dari Italia yang baru mengoperasikan baru-baru ini; melainkan datang dari bandara kebanggaan Belanda, Schiphol Airport, yakni sejak Mei 2021 lalu.
Baca juga: Timeline Teknologi Body Scanner di Bandara, dari Isu Gender Hingga Cegah Corona
“Ini adalah yang pertama di dunia. Kabar baik bagi penumpang karena mereka tidak lagi diharuskan mengeluarkan cairan dan barang elektronik dari tas mereka saat melewati pos keamanan. Ini juga baik untuk staf keamanan. CT scan memungkinkan mereka untuk memeriksa bagasi di layar mereka. dalam 3D dan bahkan memutarnya 360 derajat,” kata Hedzer Komduur, wakil direktur Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan Royal Schiphol Group.
Terkait dengan upaya melawan Covid-19, CT-Scan juga ampuh digunakan di bandara-bandara. CT Scan Thoraks Low Dose disebut mampu mendiagnosis penumpang pesawat.