Tuesday, October 21, 2025
HomeAnalisa AngkutanProyeksi Boeing: "Lonjakan Kebutuhan Pesawat Dorong Peningkatan Tenaga Kerja Untuk Awak Kabin,...

Proyeksi Boeing: “Lonjakan Kebutuhan Pesawat Dorong Peningkatan Tenaga Kerja Untuk Awak Kabin, Pilot dan Teknisi”

Sejak tahun 1961, Boeing rutin menerbitkan Commercial Market Outlook (CMO) setiap tahun. Dengan rekam jejak terpanjang di bidangnya, CMO diakui sebagai analisis paling komprehensif mengenai industri penerbangan komersial. Dan bertempat di Kantor Boeing Indonesia, hari ini (27/8/2025), Dave Schulte, Managing Director Regional Marketing Boeing Commercial Airplanes, memberikan CMO 2025, yang sebagian mengaitkan dengan prospek penerbangan di Indonesia.

Boeing Commercial Market Outlook (CMO) 2025, memproyeksikan lonjakan besar dalam pertumbuhan lalu lintas udara dan jumlah armada pesawat di Asia Tenggara hingga 2044, Indonesia akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan di kawasan ini.

Selama 20 tahun ke depan, maskapai penerbangan di seluruh dunia diperkirakan membutuhkan lebih dari 43.600 pesawat baru untuk mengimbangi pertumbuhan lalu lintas penumpang yang diproyeksikan naik lebih dari 4% per tahun. Khusus Asia Tenggara, kawasan ini menjadi salah satu pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat, dengan lalu lintas penumpang diprediksi meningkat sekitar 7% setiap tahunnya. Untuk memenuhi lonjakan kebutuhan tersebut, maskapai di kawasan ini diperkirakan membutuhkan lebih dari 4.800 pesawat baru dalam kurun waktu yang sama.

Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berada di pusat peluang pertumbuhan ini. Dengan proyeksi pertumbuhan PDB yang melampaui rata-rata kawasan, permintaan perjalanan udara–baik rute domestik maupun internasional–diperkirakan akan meningkat pesat di Indonesia.

Dengan lebih dari 17.000 pulau, bentang kepulauan Indonesia menjadikan transportasi udara sebagai kebutuhan utama untuk menghubungkan masyarakat maupun distribusi kargo. Kondisi ini mendorong tingginya permintaan pesawat berbadan sempit (single-aisle) di dalam negeri.

Pesawat generasi terbaru 737 MAX menawarkan kombinasi efisiensi biaya operasional dan peningkatan kenyamanan penumpang, sehingga sangat sesuai untuk kebutuhan Indonesia dan sekitarnya. Dengan jangkauan yang mampu melayani hingga 90% rute pasar utama dari Indonesia, varian 737 MAX dikenal memiliki keandalan tinggi serta efisiensi operasional yang mendukung. Keunggulan lain yang ditawarkan adalah dampak lingkungan yang lebih ringan, termasuk pengurangan emisi dan kebisingan.

Seiring meningkatnya arus pariwisata dan perdagangan masuk ke Indonesia, pesawat berbadan lebar generasi terbaru akan membuka peluang koneksi langsung ke pasar lintas benua seperti Eropa. Di saat yang sama, pesawat jenis ini juga akan mendukung kebutuhan penumpang maupun kargo pada rute jarak pendek hingga menengah.

Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan jarak jauh, pesawat berbadan lebar (twin-aisle) seperti 787 Dreamliner dan 777X diproyeksikan akan mengisi porsi sekitar satu dari lima pengiriman pesawat baru di Asia Tenggara dalam 20 tahun ke depan.

Meskipun Indonesia saat ini mengoperasikan armada jet komersial terbesar di kawasan, usia armadanya yang relatif lebih tua membuka peluang untuk melakukan pembaruan. Menggantinya dengan pesawat yang lebih hemat bahan bakar akan membantu modernisasi sekaligus meningkatkan daya saing biaya. Hal ini menjadi keunggulan penting, khususnya di tengah persaingan ketat dengan banyaknya operator berbiaya rendah di Indonesia.

Kawasan Asia Pasifik yang lebih luas memegang peran penting dalam kargo udara global seiring meningkatnya permintaan e-commerce. Dalam dua dekade ke depan, Asia Tenggara diprediksi membutuhkan lebih dari 150 pesawat kargo baru, baik hasil produksi maupun konversi. Kapasitas kargo pesawat berbadan lebar seperti 777-8 Freighter, yang akan menjadi pesawat kargo bermesin ganda terbesar dan tercanggih di dunia akan membuka lebih banyak peluang bagi eksportir dan sektor ritel.

Lonjakan kebutuhan pesawat juga berarti bertambahnya peluang kerja baru di industri penerbangan, baik di Indonesia maupun Asia Tenggara. Maskapai di Asia Tenggara diperkirakan harus merekrut dan melatih sekitar 243.000 personel baru, lebih dari tiga kali lipat jumlah tenaga aktif saat ini. Rinciannya mencakup sekitar:

Awak Kabin: 103.000
Pilot: 62.000
Teknisi: 78.000

Indonesia memiliki posisi yang unik untuk memimpin pertumbuhan industri penerbangan di Asia Tenggara, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat, wilayah geografis yang luas, serta peran yang semakin besar dalam perdagangan dan pariwisata global. Kondisi ini menciptakan kebutuhan besar akan pesawat baru, baik untuk ekspansi maupun penggantian armada.

Untuk mencapai kapasitas setara dengan yang ada di Asia Tenggara saat ini, Indonesia membutuhkan hampir 600 pesawat tambahan hanya dalam jangka pendek.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru