Siapa yang tak kenal dengan Stasiun Malang. Dari laman heritage.kai, Stasiun Malang (yang saat ini lebih dikenal dengan nama Stasiun Kota Lama) sebenarnya semacam halte. Stasiun ini merupakan ujung dari jalur kereta api pertama yang dibangun oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) yaitu lintas Surabaya – Pasuruan – Malang. Jalur sepanjang 112 km itu diresmikan pada tanggal 20 Juli 1879 oleh Gubernur Jenderal Mr. J. W. van Lansberge.
Selain bangunan lamanya yang ikonik dengan nuansa kental jaman kolonial belanda, stasiun ini juga memiliki struktur bangunan baru yang berada di sebelah utara sudah memiliki bangunan baru yang lebih luas dan elegan. Penumpang pun tak perlu khawatir untuk naik kereta api karena sudah di lengkapi skybridge di bagian timur stasiun. Jadi penumpang tak perlu bingung mau naik dari pintu utara maupun selatan. Namun biasanya untuk Kereta Api (KA) Commuter Line Penataran/Dhoho, penumpang lebih dominan gunakan pintu selatan karena tak perlu naik skybridge.

Selain bangunannya yang memiliki cagar budaya yang besar, sistem persinyalan Stasiun Malang ini masih seluruhnya menggunakan mekanik. Tak seperti stasiun besar lainnya yang sudah menggunakan sistem persinyalan elektrik, stasiun ini masih tetap dipertahankan sistem persinyalan mekaniknya. Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Malang pun masih menempati kedua rumah sinyal yang masih digunakan yaitu Rumah Sinyal A dan Rumah Sinyal B di bagian barat dan timur stasiun.
Tak hanya melayani kedatangan dan pemberangkatan kereta api, Stasiun Malang juga masih melakukan langsir rangkaian kereta, gerbong, maupun lokomotif. Karena Stasiun Malang memiliki depo kereta dan lokomotif. Sama halnya petugas seperti biasanya saat lakukan langsir di jam-jam tertentu. Mereka harus berkomunikasi dari petugas juru langsir menuju PPKA untuk meminta ijin pindah jalur. Dengan pekerjaan yang cekatan, proses langsir walaupun sistem persinyalan masih menggunakan mekanik, mereka tetap fokus agar keamanan saat bertugas terlaksana dengan baik.
Sebelumnya, Stasiun Malang Kota Baru mencerminkan gaya International Style dengan langgam Art Deco dengan elemen-elemen pendukungnya berupa dominasi atap datar. Memiliki bentuk bangunan yang didominasi dengan bentuk kubisme dengan ketinggian bangunan yang tidak menonjol. Juga penggunaan ornamen yang sederhana dan tidak terlalu banyak, serta bentuk bukaan yang sederhana dan tidak menggunakan ukuran yang besar.
Terlihat elemen-elemen bangunan yang masih dipertahankan keasliannya, sehingga gaya bangunan International style masih jelas terlihat. Beberapa kali memang terjadi penambahan pada visual bangunan, seperti penambahan canopy di pintu masuk yang saat ini sudah tidak digunakan lagi. Terdapat penambahan canopy di depan sayap kanan dan kiri bangunan stasiun yang difungsikan sebagai area tunggu. Hal ini dapat mengurangi nilai gaya dan keaslian bangunan Stasiun Kota Baru Malang secara visual.
Resmi Beroperasi, Stasiun Malang yang Baru Bisa Tampung 2.500 Penumpang