Friday, November 7, 2025
HomeAnalisa AngkutanBukan di Kota Tangerang, Sejarah Ciledug Ternyata Miliki Dua Bangunan Stasiun yang...

Bukan di Kota Tangerang, Sejarah Ciledug Ternyata Miliki Dua Bangunan Stasiun yang Berbeda

Jalur kereta api wilayah Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon pun tak luput dari sejarah. Ya, jalur yang terkenal dengan laju kecepatan kereta api yang tinggi ini mengisahkan sejarah yang unik di beberapa wilayah. Nah, salah satu stasiun yang akan kabarpenumpang bahas kali ini adalah Stasiun Ciledug.

Sekilas nama Ciledug bagi warga Jabodetabek pasti mengingat akan daerah yang ada di Kota Tangerang, Kabupaten Banten. Padahal nama Ciledug ada stasiunnya juga, lho. Ya, Stasiun Ciledug, yang terletak di antara Cirebon dan Semarang, dibangun pada masa kolonial Belanda sebagai bagian dari jalur kereta api untuk mengangkut hasil pertanian dan perdagangan.

Stasiun yang terletak pada ketinggian +16 m ini, Awalnya stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Setelah dibangunnya jalur ganda di segmen Larangan – Ciledug per 16 Desember 2014 dan dilanjutkan dengan segmen terakhir Cirebon – Ciledug per 1 April 2015, jumlah jalur bertambah menjadi empat.

Sejarah mengatakan bahwa Stasiun Ciledug ternyata memiliki keunikan. Jaman era Kolonial Belanda, ternyata stasiun ini sempat memiliki 2 nama namun di perusahaan yang berbeda. Lokasinya pun juga berbeda jauh dari lokasi aslinya yang berada di rute Cirebon – Kroya.

Pada awalnya, Stasiun Ciledug di jalur yang dibangun oleh Maskapal Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) pada tahun 1897 dari Cirebon sampai Semarang yang merupakan jalur tram pinggir jalan raya.

Stasiun Ciledug yang dibangun SCS. (Foto: Dok. indonesiarailwaymap.com)

Ada namanya Stasiun Mundu yang menjadi jalur utama berbelok ke arah selatan menuju Ciledug dan berbelok kembali ke utara di Stasiun Losari lama. Jalur cabang ini dibangun untuk memfasilitasi angkutan produk pabrik gula di sekitar Ciledung, Karangsuwung, Sindanglaut dan Jatipiring.

Sekitar dua puluh tahun kemudian SS juga membangun jalur Cirebon – Kroya (informasi tentang jalur Cirebon – Kroya yang dibangun SS dapat dilihat pada postingan INI dan INI) yang melewati Ciledug sehingga di daerah yang sama bisa ada dua stasiun, misalnya di Sindanglaut ada Stasiun milik SCS dan ada Stasiun milik SS. Kemudian baru pada tahun 1915 dibangun jalur shortcut dari Waruduwur ke arah timur dan berujung di Stasiun Losari (dan sekarang menjadi bagian dari jalur lintas utara jawa dari Cirebon ke Brebes).

Untuk jalur di Waruduwur – Ciledug – Losari saat ini sudah tidak banyak yang tersisa termasuk bangunan stasiun. Sedangkan jalur utama masih aktif sampai sekarang. Dari sejumlah stasiun yang dibangun pada masa SCS sampai sekarang, beberapa stasiun sudah dinonaktifkan dan kebanyakan hilang kecuali Stasiun krandon yang masih tersisa bangunannya, Stasiun Losari lama (Stasiun Losari baru 400 meter disebelah barat Stasiun lama) dan Stasiun Bulakamba yang belum lama dinonaktifkan setelah Jalur ini diselesaikan upgrade ke Double Track pada tahun 2013-2014.

Kini yang masih aktif digunakan hanyalah Stasiun Ciledug dengan rute Cirebon – Kroya. Stasiun ini juga aktif melayani penumpang Kerta Api Jarak Jauh (KAJJ) baik dari arah Jakarta maupun dari arah Yogyakarta atau Surabaya. Memiliki bangunan yang cukup megah membuat Stasiun Ciledug terlihat lebih luas hingga kini. Beberapa KA yang berhenti di Stasiun Ciledug adalah KA Cakrabuana, KA Ranggajati, KA Fajar Utama Yogyakarta, dan KA Gaya Baru Malam Selatan.

Stasiun Cirebon, Bernilai Strategis dan Menyandang Bangunan Cagar Budaya

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru