Thursday, November 13, 2025
HomeAnalisa AngkutanDitarik Hewan, Kisah Bersejarah Jalur Trem Sepanjang 27 Kilometer yang Bermula di...

Ditarik Hewan, Kisah Bersejarah Jalur Trem Sepanjang 27 Kilometer yang Bermula di Solo

Kota Solo memang banyak menampilkan sejarah yang kental dan juga budaya yang dipertahankan hingga sekarang. Tak hanya area yang bersejarah, dari segi transportasi kereta api pun kota yang terkenal akan batiknya ini pun masih cukup kental. Bahkan sejarah perkeretaapian di Solo menjadi legenda bagi yang gemar mengamati sejarah transportasi.

Ya, selain jalur kereta api yang terhubung dari Jakarta hingga Surabaya melewati Solo juga merupakan jalur yang bersejarah. Tapi tahukah kalian bahwa sejarah dari jalur trem di Kota Solo juga merupakan transportasi yang digemari masyarakat Solo pada jaman itu. Pasalnya trem di kawasan tersbeut terbilang unik.

Operasional moda transportasi trem bermula. Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM), sang operator menjalankan jalur trem sepanjang 27 kilometer. Dua jalur yang dioperasikan perusahaan swasta tersebut meliputi Stasiun Purwosari menuju Stasiun Solo Jebres serta Stasiun Purwosari menuju Stasiun Boyolali.

Trem SOTM di atas jembatan Kali Pepe. (Foto: Dok. Istimewa)

Jalur antara Stasiun Purwosari menuju Stasiun Jebres melewati Jl.Slamet Riyadi sampai Bundaran Gladag kemudian berbelok ke utara melewati Beteng Vastenburg di Jl.Jendral Sudirman, menyeberangi jembatan Kali Pepe lalu melintasi Jl. Urip Sumoharjo, dan berakhir di Stasiun Jebres. Dari jalur tersebut, Beteng Vastenburg, Pasar Gede, dan Warung Pelem menjadi titik henti sementara.

Di dalam gerbong berisi empat bangku saling berhadapan, di mana tiap bangkunya dapat digunakan oleh empat orang. Beberapa tahun pasca beroperasi, trem milik SoTM tak lagi menggunakan hewan. Penemuan lokomotif uap, menggeser operasional trem yang ditarik kuda.

Hingga akhirnya, pada 1906 SoTM resmi menandatangani kontrak kerja sama operasional dengan NIS yang membuat SoTM mengerdil dan diakuisisi oleh NIS pada 1911. Dengan dibukanya Stasiun Solo Kota pada 1922, jalur Stasiun Purwosari diperpanjang hingga Baturetno.

Di bawah NIS, jalur antara Stasiun Purwosari hingga Stasiun Boyolali terus dioperasikan dan mengalami revitalisasi serta pembaharuan. Jalur ini kemudian digunakan untuk meningkatkan pelayanan angkutan dari Pabrik Gula Colomadu dan Pabrik Gula Gembongan, namun tetap melayani penumpang.

Stasiun Purwosari: Saksi Sejarah Pertemuan Jalur Trem Kuda Menuju Boyolali

Menurut kabar dari berbagai sunber, hingga tahun 2011 lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo pernah berwacana menghidupkan kembali trem sebagai moda transportasi massal. Namun, wacana yang digelontorkan pada saat Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai Wali Kota tersebut tak terealisasi. Yosca Herman Sudrajad, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) mengatakan sejumlah kendala menghidupkan kembali trem.

Kendalanya adalah kondisi perkotaan saat ini dan perilaku masyarakat. Karena dulu trem bisa melintas bebas saat masyarakatnya tidak sebanyak sekarang, kendaraan juga masih sedikit. Kalau dipaksa jalan di tengah, malah justru khawatir menimbulkan keruwetan baru. Mempertimbangkan hal itu, wacana trem pun pupus.

Trem Kuda di Jakarta Riwayatmu “Doeloe”

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru