Tuesday, October 15, 2024
HomeBus dalam kotaBagaimana Bus Ekonomi Mencari Penumpang, Mengandalkan "Tower" Hingga Informan

Bagaimana Bus Ekonomi Mencari Penumpang, Mengandalkan “Tower” Hingga Informan

Berbeda dengan bus jarak jauh, bus jarak pendek atau menengah memperbolehkan penumpang naik dengan cara menyetop bus di pinggir jalan. Penumpang nantinya tinggal membayar ongkos sesuai ketentuan kepada kondektur yang bertugas.

Baca juga: Terkait Aspek Keamanan, Bus Tingkat Lebih Cocok di Jalanan Dalam Kota

Sistem seperti ini ternyata membuat awak bus, khususnya pengemudi dan kernet harus bekerja ekstra. Mereka mau tidak mau harus memutar otak bagaimana caranya bisa mendapatkan penumpang atau menjaga calon penumpang tidak direbut bus lainnya.

Salah satu cara yang kerap dilakukan adalah menggunakan informan. Informan ini bisa siapa saja, mulai dari rekan sejawat dari perusahaan yang sama atau orang lain seperti pedagang asongan atau timer.

Sebagai catatan, timer merupakan sebutan untuk preman yang mengatur waktu nge-time bus di titik tertentu. Mereka juga biasanya membantu awak bus mencari penumpang, tentu saja ada imbalan uang dengan nominal tertentu yang diberikan kepada mereka.

Agus, pengemudi bus ekonomi antarkota dalam provinsi (AKDP) Surabaya-Malang-Blitar mengaku dibantu oleh rekan dari satu perusahaan serta pedagang asongan untuk mengetahui kondisi penumpang di jalur yang akan dilewati. Demikian halnya untuk memantau pergerakan bus pesaingnya yang berangkat lebih awal atau berada di belakang.

“Biasanya ya dikasih saling tukar kode tangan waktu kita papasan. Bus yang dari arah berlawanan kan tahu gimana bis depan kita jauh enggak, penuh apa enggak. Asongan ini juga sama, malah bisa lebih akurat karena mereka ini masuk ke dalam bus depan kan sebelum masuk bus kita,” tuturnya.

Keberadaan ponsel tentu saja mempermudah Agus dan rekan-rekan sejawatnya untuk mencari penumpang. Awak bus di jalur yang sama dan kenal baik dengan dirinya kerap menelpon memberikan kabar bagaimana situasi di jalan, demikian pula sebaliknya.

Saling telepon satu sama lain ini kerap disebut sebagai “toweran”. Makin banyak jejaring awak bus dianggap makin tinggi juga “tower” mereka tentunya berpengaruh pada informasi yang diperoleh.

“Berbagi informasi, kalau saya nyetir ya yang pegang handphone kernet saya. Kernet ini juga jadi tukang intip-intip bis belakang jauh nggak. Entah dia ngintip di spion atau ke belakang lihat dari kaca,” ungkapnya.

Sebelum penggunaan ponsel populer di kalangan awak bus, insting kernet dan pengemudi betul-betul dibutuhkan untuk menyapu bersih penumpang di jalanan. Pengemudi harus bisa mengira-ngira jarak bus lainnya di depan atau belakang. Mata kernet harus benar-benar awas memantau pergerakan bus lain dari jauh.

Baik pengemudi maupun kernet juga harus memahami jam-jam ramai dan titik keramaian penumpang. Checker atau asongan tidak bisa sepenuhnya diandalkan karena ada kemungkinan mereka memberikan informasi palsu.

Baca juga: “Debby,” Sebutan Kesayangan untuk Bus PO Deborah Rute Depok – Lebak Bulus

“Bisa saja mereka lebih akrab atau sudah dekat ke kru lainnya. Kita dikasih informasi salah. Ini bahaya buat kita,” tutupnya. [Bisma Satria]

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru