Bird strike lazimnya terjadi pada ketinggian rendah, yakni saat pesawat sedang dalam proses lepas landas atau mendarat. Namun, jangan salah, meski jarang kejadian, bird strike bisa saja terjadi pada ketinggian tinggi, dimana pesawat tengah umumnya tengah mengudara di ketinggian jelajah. Tentu menarik untuk dicermati, jenis burung apakah yang mampu terbang di ketinggian jelajah pesawat?
Baca juga: Hadapi ‘Bird Strike’, Ini Enam Langkah Wajib yang Harus Dilakukan Seorang Pilot
Batas terbang pesawat komersial paling tinggi ada di rentang 10.000 – 12.800 meter. Di ketinggian dengan kerapatan oksigen rendah, sepertinya tidak lazim ada burung yang terbang d ketinggian tersebut. Tapi faktanya ada saja burung yang bisa terbang lebih tinggi dari batas ketinggian pesawat.
Hering Griffon Ruppell adalah burung terbang tertinggi yang tercatat secara global, mencapai ketinggian 37.000 kaki (11.277 meter) yang menakjubkan. Mereka terutama ditemukan di wilayah Sahel di Afrika Tengah. Tubuh burung pemakan bangkai ini seperti dirancang untuk asupan oksigen yang efektif, memungkinkannya untuk terbang sangat tinggi.
Serangan burung ini telah dilaporkan pada ketinggian 20.000 (6.096 meter) hingga 30.000 kaki (9.144 meter) di atas permukaam tanah. Seperti pada tahun 1973, sebuah pesawat di atas Pantai Gading bertabrakan dengan burung nasar Rüppell di ketinggian 37.100 kaki (11.277 meter) dan harus melakukan pendaratan darurat.
Baca juga: Ini Bagian Pesawat yang Paling Sering Terkena Bird Strike
Jenis burung lain yang mampu terbang tinggi adalah Eurasian crane yang bisa hidup di ketinggian 10.056 meter (33.000 kaki). Di Tibet, Ravens (umumnya dikenal sebagai “burung hitam”) telah tercatat berada di ketinggian hingga 5.000 meter (16.400 kaki), dan setinggi 6.350 meter (20.600 kaki) di Gunung Everest. Kemudian Andean Condor, burung terbang terbesar di dunia, mampu terbang di ketinggian 4.876 meter (16.000 kaki).