Tiga maskapai plat merah, yaitu Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air, telah mendapatkan arahan untuk menambah armada pesawatnya. Namun, secara khusus penambahan pesawat tersebut merujuk kepada manufaktur dirgantara asal Amerika Serikat, Boeing.
Seperti dikutip Jakarta Globe, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah menginstruksikan maskapai nasional, Garuda Indonesia, maskapai berbiaya rendahnya Citilink, dan Pelita Air milik PT Pertamina, untuk membeli lebih banyak pesawat Boeing buatan Amerika Serikat.
Hingga 30 September 2024, Garuda Indonesia telah mengalokasikan total Rp494 miliar (US$31,25 juta) sebagai pembayaran di muka untuk akuisisi pesawat.
Baca juga: Rencana Merger Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air, “Masih Dalam Tahap Awal”
Arahan tersebut muncul setelah pertemuan antara Erick Thohir dan perwakilan bisnis Amerika, termasuk Duta Besar AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir dan pejabat Boeing, di kantor Kementerian BUMN di Jakarta pada hari Kamis. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari pembicaraan yang sedang berlangsung setelah roadshow Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini ke beberapa negara, termasuk AS.
Erick menekankan perlunya kolaborasi dengan Boeing sebagai bagian dari upaya untuk membangun kembali sektor penerbangan Indonesia, yang telah sangat terdampak oleh pandemi Covid-19. Saat ini, Indonesia hanya mengoperasikan 390 pesawat, jauh dari target 700 pesawat yang ditetapkan sebelum pandemi. “Solusi seperti ini membutuhkan kerja sama, baik dengan Boeing, Airbus, Comac China, atau produsen pesawat Rusia,” katanya.
Di antara berbagai lessor pesawat, Thohir memprioritaskan pembelian pesawat Boeing, yang bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan perdagangan dengan AS dan memperkuat hubungan antara BUMN Indonesia dan pasar Amerika.
Sebelum melanjutkan, Thohir berencana untuk memastikan bahwa peta jalan pengadaan yang terperinci telah ditetapkan, yang memungkinkan perusahaan leasing untuk bernegosiasi langsung dengan Garuda, Citilink, dan Pelita Air. Ia juga berharap negosiasi ini akan meningkatkan hubungan perdagangan antara Indonesia dan AS. Indonesia membukukan surplus perdagangan sebesar US$13,55 miliar dengan AS hingga Oktober.
Laporan keuangan Garuda Indonesia untuk 30 September 2024, menunjukkan maskapai tersebut telah menyisihkan Rp494 miliar untuk pembayaran uang muka pesawat. Jumlah tersebut terdiri dari pesawat Boeing sebesar Rp383,49 miliar, pesawat Airbus sebesar Rp77,59 miliar, dan pesawat ATR 72-600 sebesar Rp33,13 miliar. Hingga September 2024, armada Garuda berjumlah 159 pesawat, turun signifikan dari 210 pesawat sebelum pandemi, dengan penurunan terbesar terjadi pada periode 2021-2022.
Sebelumnya, Garuda telah menandatangani perjanjian pembelian 50 pesawat Boeing 737 Max 8 pada 12 September 2014. Namun, hingga 31 Desember 2021, masih ada 49 unit yang belum terkirim akibat insiden Boeing 737 Max 8.