Saturday, November 2, 2024
HomeHot NewsMIT Kembangkan Air Guardian - Teknologi 'Kopilot' Berbasis Kecerdasan Buatan

MIT Kembangkan Air Guardian – Teknologi ‘Kopilot’ Berbasis Kecerdasan Buatan

Laboratorium Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan – Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL) dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dikabarkan sedang mengembangkan teknologi kopilot berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang diberi label Air Guardian yang secara aktif bekerja sama dengan pilot, menjadikan komputer tersebut sebagai bagian dari tim, dan bukan sebagai cadangan darurat.

Baca juga: Korean Air Manfaatkan Teknologi Kecerdasan Buatan di Rute Tersibuk di Dunia 

Menerbangkan pesawat modern mungkin menyenangkan, namun terkadang juga bisa sangat sulit. Lepas landas, mendarat, terbang di wilayah udara yang ramai, atau menghadapi kegagalan fungsi yang tiba-tiba dapat membuat pilot menghadapi aliran data yang sangat banyak dari berbagai tampilan, sementara pilot hanya punya waktu sepersekian detik untuk memproses semuanya dan mengambil keputusan.

Salah satu contohnya adalah pada tanggal 15 Januari 2009 ketika US Airways Flight 1549 menabrak sekawanan burung saat lepas landas dari Bandara LaGuardia di New York. Pilot Chesley “Sully” Sullenberger menjadi pahlawan pada hari itu ketika dia membuat keputusan untuk mendaratkan Airbus A320 di Sungai Hudson, yang akhirnya dapat menyelamatkan nyawa 155 penumpang dan awak.

Ironi dari insiden tersebut adalah, menurut pakar AI yang meninjau insiden tersebut dan memilih untuk tidak disebutkan namanya, Sullenberger seharusnya tidak perlu mendaratkan pesawat di sungai, pasalnya Ia masih bisa terbang sampai ke bandara terdekat. Masalahnya adalah dia tidak mempunyai cukup waktu untuk menilai situasi dengan tepat dan harus melakukan tindakan terbaik yang dia bisa.

Sebuah studi mengenai insiden tersebut menemukan bahwa jika pesawat tersebut dilengkapi dengan sistem AI, pendaratan di pesawat tersebut dapat dihindari karena kemampuannya menangani kelebihan data.

Sistem penerbangan AI seperti ini telah menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena potensi keselamatannya serta kemungkinan penggantian awak manusia pada penerbangan kargo rutin. Namun, pendekatan yang biasa dilakukan adalah memperlakukan AI sebagai sesuatu seperti sistem peringatan darurat. Pada dasarnya, tugasnya hanyalah duduk di dalam kotaknya memantau data penerbangan dan kemudian bertindak jika ada sesuatu yang menyimpang dari parameter keselamatan yang ditentukan.

Menurut MIT, Air Guardian mengambil pendekatan berbeda dengan memantau tidak hanya pesawatnya, tapi juga pilotnya, sehingga bertindak lebih seperti kopilot daripada ‘rem darurat’. Hal ini dilakukan dengan melacak pergerakan mata pilot dan membuat “peta arti-penting”, yang merupakan istilah berharga untuk mencatat di mana pilot melihat dan seberapa besar perhatian diberikan pada apa yang sedang dilihat.

Kedengarannya sangat sederhana, namun hal ini bergantung pada beberapa algoritma yang sangat canggih, dan apa yang disebut “liquid neural networks,” yang merupakan jaringan sangat fleksibel yang dapat beradaptasi bahkan setelah jaringan tersebut dilatih. Mereka juga dapat mengatasi beberapa hambatan matematis, memungkinkan AI untuk membangun model tentang apa yang terjadi dari detik ke detik dan belajar bekerja sama dengan pilot.

Baca juga: Dari Kecerdasan Buatan-Tinggalkan Botol dan Gelas Plastik di Pesawat, Ini Sederet Inovasi Maskapai AS

Intinya adalah pilotlah yang menerbangkan pesawat, sehingga keahlian dan pengalaman mereka dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sementara itu, Air Guardian memantau perhatian pilot. Jika mereka tidak memperhatikan sesuatu yang penting atau terlalu memperhatikan hal lain, AI mengambil tindakan untuk menghindari potensi risiko.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru