Sunday, November 2, 2025
HomeDaratPalang Pintu Malioboro: Unik, Langka dan Satu-satunya yang Tersisa Aktif Hingga Kini

Palang Pintu Malioboro: Unik, Langka dan Satu-satunya yang Tersisa Aktif Hingga Kini

Bukan Yogyakarta namanya jika tak identik dengan keunikan. Betul, siapapun pasti setuju bila Kota Yogyakarta memiliki seribu keunikan, mulai dari kulinernya, lokasi wisata, hingga rambu lalu lintas. Tak salah bila band asal Indonesia bernama Kla Project dalam liriknya menyebut bahwa Yogyakarta “kota yang penuh nuansa selaksa makna.”

Nah, jika mampir ke Yogyakarta tentu tahu dengan perlintasan kereta api yang paling unik dan merupakan satu-satunya yang tersisa dan hingga kini masih aktif digunakan. Ya, persis 15p meter timur dari Stasiun Tugu Yogyakarta ini memang tiada duanya di Indonesia. Baik dari bentuknya, cara mengoperasikannya, hingga bunyi sirinenya.

Palang pintu jenis ini pun bukan palang pintu berstandar PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) yang sering dijumpai di banyak tempat. Namun demikian, dari segi keselamatan dan keamanan nyaris tiada cela. Bagi masyarakat pecinta kereta api, palang ini biasa disebut “Palang Pintu Geser”. Dinamai seperti itu karena dioperasikannya secara digeser saat pintu dibuka dan ditutup.

Kereta api di perlintasan palang pintu geser, Yogyakarta. (Foto: Dok. Tangkapan Layar Youtube/Maulana Mahendra)

Nah, pada tahun 1970-an palang pintu tersebut digeser secara manual oleh petugas penjaga perlintasan. Caranya saat kereta api akan melintas, para petugas tersebut bersamaan menutup pintu dengan cara ditarik dan didorong atau dibuka setelah kereta api melintas. Keadaan ini berlangsung hingga akhir dekade 1990.-an.

Selang beberapa waktu belakangan ini, pengoperasian palang pintu perlintasan tersebut sudah tak lagi dioperasikan secara manual alias sudah elektrifikasi. Adapun pengendaliannya pada gardu/pos penjaga pintu perlintasan dengan nomor yang terpampang yaitu 3A dan 3B.

Semakin canggih dan teknologi semakin berkembang, dengan kemudahan yang dilakukan petugas palang pintu perlintasan otomatis ini. Mereka yang sedang bertugas dikabarkan terlebih dahulu oleh Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) dari Stasiun Tugu. Jika ada kereta yang akan melintas setelah berbunyi sirine genta, petugas langsung memencet tombol penutup palang.

Perlintasan sebidang ini juga terbilang sangat sibuk. Selain karena banyak Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) dan lokal yang melintas, kegiatan langsir lokomotif maupun rangkaian dari Depo Yogyakarta menuju peron selatan Stasiun Tugu maupun Lempuyangan juga kian menambah kepadatan. Sebab langsiran tersebut harus melewati pintu perlintasan tersebut.

Hingga kini palang pintu dengan cara digeser ini masih menjadi ikonik Kota Gudeg saat masyarakat melewatinya dengan berjalan kaki di Jalan Malioboro. Perlintasan ini tentu dikhususkan untuk pejalan kaki sekaligus menikmati suasana kota yang begitu ramai setiap harinya.

Ternyata Nama Jembatan Kewek di Yogyakarta Diambil dari Bahasa Belanda, Berikut Penjelasannya

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru