Tuesday, October 21, 2025
HomeDestinasiPopuler Sejak 1970, Ini Arti Sebenarnarnya dari Kata "Mudik"

Populer Sejak 1970, Ini Arti Sebenarnarnya dari Kata “Mudik”

Mudik telah menjadi tradisi yang melekat kuat di masyarakat Indonesia. Terlebih lagi ketika waktu Idul Fitri saat masyarakat beragama muslim berbondong-bondong ke kampung halaman untuk merayakannya bersama keluarga besar.

Baca juga: Mudik Meriah, Porter Hasilkan Cuan Dapat Berkah

Namun selama dua tahun pandemi, masyarakat tak bisa untuk mudik karena mengantisipasi dan mencegah penularan Covid-19. Untungnya tahun ini, Presiden Joko Widodo mulai memperbolehkan lagi untuk mudik Lebaran 2022. Sehingga momen spesial ini bisa lagi dilakukan.

Tapi, tahukah Anda meski mudik berkaitan dengan pulang kampung, ternyata istilah ini justru berasal dari sejarah kaum urban di Jakarta yakni ‘udik’. Bingung? KabarPenumpang.com mengutip dari gridoto.com, seorang Sejarahwan dan Budayawan Betawi JJ Rizal mengatakan bahwa dulu kota Jakarta ada di dekat wilayah Barat dan Utara.

Kemudian orang-orang yang kawasan rumah atau kampungnya berada di luar daerah kota itu disebut sebagai orang udik. Tak hanya itu, istilah udik pun diartikan sebagai orang yang tinggal di sebelah selatan yang jauh dari pusat kota Jakarta. Meski begitu, seiring berjalannya waktu, arti dari mudik meluas dan memaknainya sebagai istilah dari pulang ke kampung halaman.

“Mudik bisa dibilang akarnya dari sejarah urban Jakarta, tapi sekarang mudik sudah jadi istilah umum dan perginya bukan ke Selatan Jakarta saja. Tapi sudah kemana-mana,” kata Rizal.

Dia menyatakan, istilah mudik juga diperluas masyarakat Betawi tempo dulu.

“Mayoritas orang Betawi juga lah yang ikut memproduksi istilah mudik ini. Jadi arti mudik sebenarnya adalah mereka orang-orang udik yang pindah ke Selatan karena sudah tidak sanggup lagi tinggal di tengah kota Jakarta,” jelasnya.

Wilayah luar Jakarta yang dimaksud adalah daerah yang kini dikenal dengan Depok, Bogor dan Bekasi. Bahkan dari beberapa laman sumber lainnya, sejarah mudik pun sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit dan Mararam Islam.

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengungkapkan, kebiasaan ini terjadi di wilayah kekuasaan Majapahit hingga ke Sri Lanka dan Semenanjung Malaya.

“Awalnya, mudik tidak diketahui kapan. Tetapi ada yang menyebutkan sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam, ” ujar Silverio.

Karena wilayah kekuasaannya yang luas, Kerajaan Majapahit menempatkan pejabat-pejabatnya di daerah-daerah kekuasaan. Suatu waktu, pejabat itu berkeinginan pulang ke pusat kerajaan untuk menghadap raja dan mengunjungi kampung halamannya. Menurut Silverio, hal inilah yang kemudian dikaitkan dengan fenomena mudik.

“Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap raja pada Idul Fitri,” terangnya.

Baca juga: Puncak Arus Mudik, Tiket KA Jarak Jauh dari Jakarta Terjual 100 Persen

Nyatanya, istilah mudik sendiri baru populer sekitar tahun 1970-an dan dikenal menjadi sebutan untuk perantau yang pulang ke kampung halamannya. Bahkan dalam Bahasa Jawa, mudik memiliki akronim mulih dhisik yang artinya pulang dulu. Tak hanya itu, masyarakat betawi pun mengartikan mudik sebagai kembali ke udik.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru