Seiring pertumbuhan penumpang dari tahun ke tahun, bandara terus bersolek di berbagai lini, mulai dari pemutakhiran teknologi conveyor belt sampai teknologi di gate pengecekan barang dan penumpang. Namun, jauh sebelum itu, di masa-masa awal era jet lahir, bandara juga bersolek dan perubahan itu terus bertahan sampai saat ini. Itu adalah terminal bandara dengan konsep pier-finger. Apa itu?
Baca juga: Sejarah Singkat Lounge Bandara, Dibuat untuk Para Bos
Sekitar 72 tahun lalu, bertepatan dengan 27 Juli 1949, pesawat jet komersial pertama di dunia, De Havilland Comet, berhasil terbang perdana. Ini bukan hanya menandai keberhasilan manufaktur dalam pengembangan pesawat jet melainkan menjadi pembuka tirai dimulainya era penerbangan jet.
Setelah dibuka oleh De Havilland Comet, pamor pesawat jet semakin menjadi usai lahirnya Boeing 707 dan Douglas DC-8 di dekade 50-an. Ini juga pada akhirnya diikuti oleh peningkatan jumlah penumpang pesawat di seluruh dunia, terlebih dengan lahirnya konsep maskapai LCC atau kelas ekonomi jarak jauh yang dicetuskan oleh maskapai legendaris Pan Am.
Peningkatan jumlah penumpang dan pesawat menjadi tantangan tersendiri bagi arsitek untuk membuat bandara mampu melayani keduanya dengan maksimal.
Pada tahun 1950-an, di era awal kemunculan pesawat jet, bandara di seluruh dunia -bekerjasama dengan maskapai- mulai bersolek. Bukan hanya memperluas area, menambah runway, terminal, dan sebagainya, tetapi juga membawa konsep baru terminal bandara pier-ginger.
Dilansir cbc.ca, pada tahun 1956, maskapai Trans World Airlines (TWA) merilis desain pier/finger pertama di Bandara John F. Kennedy (JFK).
Baca juga: Sejarah Panjang Sabuk Pengaman di Pesawat, Ternyata Karena “Iri” Pada Mobil
Dalam konfigurasi atau konsep pier-finger, pengambilan tiket dan bagasi semua dilakukan di satu terminal, kemudian penumpang diarahkan ke “pier atau connecting corridor” atau ke gate keberangkatan. Di sini, penumpang sudah sangat dekat dengan pesawat yang menunggu mereka di area yang disebut “finger”.
Di masa-masa awal konsep terminal bandara pier-finger, penumpang memang sudah dekat dengan pesawat. Namun mereka masih harus turun ke apron dan naik ke pesawat karena belum ada garbarata. Setelah garbarata pertama kali digunakan pada tanggal 26 Juli 1959 di Bandara Internasional San Francisco dan diikuti oleh bandara lain, barulah konsep pier-finger menjadi sempurna.
Secara kuantitas di apron juga lebih banyak dan efektif, dimana dalam konsep pier-finger pesawat parkir menunggu penunpang di kedua sisi pier.
Konsep ini bisa sama-sama kita lihat, terus bertahan sampai sekarang. Sekalipun ada satu-dua pengembangan, seperti ada yang pier-fingernya horizontal, bentuk huruf ‘X’, huruf ‘Y’, dan sebagainya, namun tidak merubah konsep pier-finger itu sendiri.
Bersamaan dengan lahirnya konsep terminal bandara pier-finger, banyak bandara lain yang mencari cara lain untuk membuat penumpang tidak berjalan jauh dari konter check-in ke gate keberangkatan. Salah satunya Bandara Internasional Dulles, Washington, AS.
Baca juga: Sejarah Water Salute, Terinspirasi dari Kapal Laut-Disadur Aviasi Sejak 1990-an
Usai dari konter check-in, penumpang diarahkan ke mobile lounge untuk dibawa ke pesawat yang sudah menunggu di apron.
“Alih-alih membuat penumpang menunggu di dalam terminal untuk pesawat mereka, pesawat diparkir di landasan di suatu tempat, dan kendaraan bermotor akan datang dan Anda akan menaikinya. Di dalam, (itu) tampak seperti di mana Anda duduk-duduk. menunggu pesawat di terminal,” ungkap Janet Bednarek, sejarawan penerbangan dan penulis buku Airports, Cities, dan the Jet Age.