Temuan rel trem bekas peninggalan zaman Belanda pada proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A CP 202 di Jalan Pembangunan I, Gambir, Jakarta Pusat, sontak mengingatkan pada masa jaya transportasi massal berbasis rel di era kolonial. Dari petikan video dokumenter dan foto-foto masa lalu, memperlihatkan bahwa Jakarta Tempo Doeloe laksana kota-kota di Eropa dengan lalu-lintas tremnya yang maju. Bahkan jaringan trem listrik di Jakarta lebih dulu terpasang dari yang ada di Belanda.
Baca juga: Dari Proyek Jalur MRT Glodok ke Kota, Ditemukan Rel Trem Masa Kolonial Hindia Belanda
Bila saat ini kereta trem masih beroperasi di negara-negara Eropa dan Hong Kong, lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa di Indonesia, trem justru sejak lama dihapuskan? Selain Jakarta dan Surabaya, jaringan trem yang lebih kecil dulu ada di Semarang, Solo, Cirebon, dan Deli. Satu-satunya yang masih beroperasi saat ini adalah rel trem yang ada di Solo, yang digunakan untuk Railbus Batara Kresna.
1. Presiden Sukarno Tidak Menyukai Trem
Visi Sukarno tentang kota futuristik akan menjadikan Jakarta seperti kota-kota di Jepang, di mana mobil berjalan di sepanjang jalan raya dan jalan layang. Sedangkan angkutan umum harus di bawah tanah, bukan di permukaan daratan. Visinya menganggap trem sebagai sistem transportasi umum kuno yang mengganggu lalu lintas.

Kemudian Presiden Sukarno mulai menghentikan operasi trem pada tahun 1959, dan pada tahun 1962, trem telah berhenti beroperasi sepenuhnya di Jakarta. Penghentian trem di Jakarta terjadi sekitar waktu yang sama dengan penghentian layanan trem di Sydney, Australia. Di Surabaya, trem bertahan sedikit lebih lama, yakni hingga awal 1970-an, sebelum akhirnya bernasib sama.
Sementara di Tokyo, dahulu ada 42 jalur trem di sekitar kota. Namun hari ini hanya dua jalur yang bertahan. Keduanya pun hanya sebagai transportasi “pelengkap”.

2. Manajemen Transportasi yang Buruk
Alasan kedua mungkin karena pemerintah saat itu tidak senang mengakuinya, yaitu manajemen yang buruk dan bisnis yang buruk dalam transortasi. Trem Jakarta edisi terbaru ditenagai oleh listrik, sementara pemadaman listrik sesekali membuat trem sering tidak dapat beroperasi. Manajemen yang buruk oleh Djawatan Kereta Api juga menyebabkan kabin tre, banyak yang rusak dan lokomotif yang rusak.
Lebih buruk lagi, di masa awal kemerdekaan, banyak orang yang menggunakan layanan ini menolak membayar, menyebabkan hilangnya pendapatan bisnis dari layanan ini, sementara kemunculan bus umum, mobil, dan bemo membuat persaingan trem semakin ketat untuk bertahan. Dan untuk menghentikan kerugian, maka trem akhirnya dihapuskan di Jakarta.

Baca juga: Ternyata, Trem Listrik di Jakarta Lebih Dulu Ketimbang di Belanda
Sebelum era TransJakarta, Jakarta hampir tidak memiliki sistem transportasi umum dalam kota yang andal. Butuh 57 tahun setelah pembubaran trem, sebelum Jakarta akhirnya melihat angkutan umum bawah tanah yang telah lama ditunggu-tunggu dari visi Sukarno, yaitu meluncurkanya MRT Jakarta pada tahun 2019.