Setelah tahun lalu ilmuan menemukan pergerakan kutub utara yang begitu cepat, kini ilmuan menemukan fakta lainnya yang lebih mengejutkan. Mereka memprediksi, kutub utara dan selatan akan berpindah tempat lagi akibat melemahnya medan magnet bumi. Peristiwa ini terakhir kali terjadi pada 780.000 tahun yang lalu.
Baca juga: Dulu Kirim Kilatan, Kini Alien Makin Agresif Kirim Sinyal Misterius ke Bumi
Dikutip dari independent.co.uk, temuan ini dibuat oleh tim peneliti dari Badan Antariksa Eropa (ESA) yang mengambil data dari konstelasi Swarm (sekelompok satelit). Konstelasi Swarm terdiri dari tiga satelit yang khusus mempelajari medan magnetik bumi. Satelit secara khusus dirancang untuk mengidentifikasi dan mengukur sinyal magnetik berbeda yang membentuk medan magnet bumi, memungkinkan para ahli untuk melihat area yang telah melemah.
Sebagi informasi, medan magnet Bumi adalah fitur penting planet ini yang berfungsi sebagai pelindung dari partikel matahari, memberikan dasar untuk navigasi dan mengetahui evolusi kehidupan di Bumi.
ESA memang telah mempelajari medan magnet sejak akhir tahun 2013. Misi ini terdiri dari tiga satelit identik yang memberikan pengukuran lapangan berkualitas tinggi di tiga bidang orbit yang berbeda. Saat ini, Ilmuwan tengah fokus mengamati wilayah Afrika dan Amerika Selatan, yang notabene menjadi titik berkurangnya medan magnet atau yang biasa dikenal sebagai ‘Anomali Atlantik Selatan’. Daerah ini telah tumbuh dan bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 20 km per tahun dan telah membentuk pusat intensitas minimum hanya dalam waktu 5 tahun.
“Minimum baru di timur Anomali Atlantik Selatan telah muncul selama satu dekade terakhir dan dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan cukup dahsyat,” kata Jürgen Matzka, dari Pusat Penelitian Jerman untuk Geosciences.
“Kami sangat beruntung memiliki satelit Swarm di orbit untuk menyelidiki perkembangan Anomali Atlantik Selatan. Tantangannya sekarang adalah memahami proses-proses dalam inti Bumi yang mendorong perubahan-perubahan ini,” tambahnya. Peneliti mengatakan anomali itu bisa mendatangkan malapetaka pada satelit atau pesawat ruang angkasa yang terbang atau mengorbit rendah melalui daerah itu berupa kerusakan teknis.
Selain itu, bila kutub utara dan selatan berpindah tempat akibat medan magnet bumi melemah, di samping pergeseran yang juga begitu cepat, mungkin juga akan mempengaruhi sistem navigasi seperti mengacaukan pelayaran, penerbangan atau aktivitas yang berkaitan dengan navigasi.
Selama ini, posisi magnet kutub yang dipetakan World Magnetic Model (WMM) dijadikan acuan oleh sejumlah instansi pemerintahan seperti Departemen Pertahanan AS, Kementerian Pertahanan Inggris, Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO), Organisasi Hidrografi Internasional (IHO), dan berbagai sistem navigasi sipil termasuk Google Maps.
Baca juga: Skyquake: Misteri Dentuman Si ‘Pembohong’ yang Tak Pernah Terungkap Jelas
Sejak pertama kali ditemukan pada 1 Juni 1831 James Clark Ross, seorang perwira Angkatan Laut Inggris, yang memetakan medan magnet kutub utara di di pulau-pulau yang tersebar di wilayah Nunavut, Kanada, titik kutub magnet utara terus bergerak aktif.
Sementara dalam 200 tahun terakhir medan elektromagnetik di sekitar Bumi telah kehilangan sekitar sembilan persen kekuatannya. Antara 1970 dan 2020, medan magnet Bumi telah sangat melemah di wilayah yang membentang dari Afrika ke Amerika Selatan.