Sukhoi dikabarkan akan mulai menggarap pelanggan VIP dan korporat. Pabrikan asal Rusia itu berencana masuk ke pasar jet pribadi melalui pesawat Superjet 100 atau SJ100 yang dimodifikasi. Langkah ini digadang imbas dari tidak lakunya pesawat yang terbang perdana pada 19 Mei 2008 di pasar pesawat penumpang.
Baca juga: Hari Ini! 7 Tahun Lalu Sukhoi SJ100 Jatuh di Gunung Salak
Dilansir Simple Flying, modifikasi pesawat yang cukup familiar di Indonesia lantaran pernah terlibat kecelakaan fatal akibat menabrak lereng Gunung Salak, Kabupaten Bogor, pada 9 Mei 2012 silam tersebut, akan mencakup beberapa hal.
Di sisi sayap, Sukhoi akan menambahkan wingtip berupa sharklets. Dari segi jangkauan, versi VIP dari SSJ100 ini akan lebih jauh dari kemampuan saat ini yang hanya mencapai 4.500 km. Selain itu, tangki bahan bakar juga akan ditingkatkan, ditambah kapasitas penumpang yang lebih sedikit.
Meskipun belum ada keterangan harga yang pasti untuk satu unit SSJ-VIP, tetapi para pejabat Rusia memastikan bahwa harganya akan lebih terjangkau dari pesawat-pesawat kompetitor. Namun, banyak spekulasi bahwa, harga Sukhoi SJ100 versi VIP mungkin akan sama atau lebih rendah sedikit dari harga Sukhoi SJ100 versi standar, yaitu US$50 juta.
Harga segitu sebetulnya bisa dibilang mahal bila dibanding jet pribadi lainnya, seperti Embraer Praetor 500 atau Legacy 500, yang hanya dibanderol sebesar US$ 16-18 juta. Sekalipun kapasitas penumpang jauh lebih sedikit, tetapi, jangkauannya mencapai 6.000 km. Tetapi, bila disandingkan dengan jet pribadi Airbus A220ACJ, tentu Sukhoi SJ100 versi VIP masih lebih murah.
Menteri Perdagangan dan Industri Rusia, Denis Manturov, mengungkapkan, SSJ-VIP saat ini sudah dilirik oleh perusahaan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Namun, pembicaraan lebih jauh baru dilaksanakan beberapa hari mendatang.
Modifikasi Sukhoi SJ100 menjadi SSJ-VIP tentu mengejutkan banyak pihak. Sebab, pesawat penumpang produksi pertama yang diproduksi di Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet itu sudah kadung dikenal sebagai pesawat regional. Banyak pihak menduga bahwa Sukhoi terpaksa memasuki pasar bisnis jet pribadi lantaran pasar jet penumpang melempem. Tahun lalu, Sukhoi bahkan tak mendapat satu pun pesanan pesawat SJ100.
Sebetulnya, Sukhoi Superjet 100 memiliki pesanan jangka panjang dari maskapai penerbangan nasional dan terbesar di Rusia, Aeroflot. Maskapai itu diketahui telah menandatangani kontrak kerjasama pada tahun 2018 lalu untuk menyewa sekitar 100 Sukhoi Superjet 100 antara tahun 2019-2026.
Selain itu, maskapai yang didirikan pada tanggal 9 Februari 1923 atau sejak era Uni Soviet, itu seharusnya akan mendapat tambahan 17 pesawat Sukhoi Superjet 100 tahun ini, melengkapi barisan armada Sukhoi Superjet 100 yang sudah terlebih dahulu bergabung sebanyak 54 pesawat.
Baca juga: Antara Merpati Air, Kim Johanes Mulia dan Sukhoi SJ100
Sayangnya, entah apa yang terjadi, Reuters menyebut Sukhoi Superjet 100 tak memiliki satupun pesanan pesawat selama 2020. Mirisnya, maskapai penerbangan swasta terbesar di Rusia, S7, Utair, dan Ural Airlines mengaku juga tak berminat membeli pesawat buatan Sukhoi. Rumitnya perawatan serta keterlambatan pengadaan suku cadang jadi beberapa penyebab sepinya peminat.
Akan tetapi, Sukhoi menegaskan, masuknya perusahaan ke pasar pesawat jet pribadi lebih didasarkan pada tingginya permintaan di pasar tersebut. Sebab, di masa pandemi virus Corona seperti sekarang ini, miliarder dan triliuner di seluruh dunia memillih untuk terbang lebih aman menggunakan jet pribadi ketimbang terbang bersama maskapai paling mewah di kelas yang paling mewah.