Seluruh maskapai asal Rusia saat ini enggan terbang ke luar negeri. Mereka takut, saat mendarat di bandara tujuan, pesawat akan disita oleh lessor sesuai hukum internasional. Karenanya, mereka hanya mengoperasikan penerbangan domestik. Selama masih berada di dalam federasi Rusia, hukum internasional mungkin bisa dikesampingkan untuk mencegah lessor menyita pesawat.
Baca juga: Boeing-Airbus Stop Suku Cadang, Rusia Bakal ‘Rampas’ Semua Pesawat Asing dari Lessor?
Menurut Cirium, 980 pesawat komersial yang ada di Rusia, 515 di antaranya adalah pesawat sewaan dari berbagai lessor asing, seperti AerCap dan SMBC Aviation Capital yang berbasis di Irlandia. Mayoritas dari pesawat-pesawat tersebut adalah Airbus A320 dan Boeing 737.
Dilansir Traveller, bisa saja leasing pesawat mengutus tim, baik dari dalam negeri Rusia maupun luar negeri, untuk menjemput pesawat. Terkait hal ini, praktisi hukum leasing dan keuangan pesawat, Hendra Ong, pernah menjelaskan langkah-langkahnya.
Secara umum, lessor dapat mengambil kembali fleet dari tangan maskapai dalam rentang waktu 10 hari usai dinyatakan gagal bayar atau tidak membayar kewajibannya sampai waktu yang telah ditentukan. Maskapai-maskapai Rusia kemungkinan bisa masuk ke dalamnya (gagal bayar), mengingat asset mereka berupa cadangan devisa dan emas di bank-bank Eropa dan AS dibekukan.
Namun, bila maskapai tidak kooperatif serta menolak untuk menyerahkan pesawat dan atau dokumen pesawat ke lessor maka bila lessor ingin menempuh jalur hukum, prosesnya mungkin bisa memakan waktu tiga tahun.
Baca juga: Dinilai Krusial Bantu Kesuksesan Maskapai, Berikut Daftar 5 Leasing Pesawat Terbesar Di Dunia
Dalam prakteknya, lessor hanya memiliki tiga pilihan, menempuh jalur hukum lewat pengadilan asing, arbitrase internasional, atau pengadilan tempat dimana lessee atau debitur berada, dalam hal ini Indonesia. Di antara ketiga pilihan tersebut, biasanya lessor lebih senang menempuh jalur hukum melalui arbitrase internasional.
Sayangnya, yuridiksi Rusia tidak mendukung hal itu. Selama pesawat masih berada di kawasan federasi Rusia, maka kepemilikannya adalah 9/10 dari hukum. Itu berarti, pesawat-pesawat lessor yang berada di tangan maskapai-maskapai Rusia saat ini kepemilikannya jatuh ke tangan mereka. Terlebih, ada rencana untuk menasionalisasi seluruh pesawat tersebut dan membuat lessor pusing.
Kekhawatiran lessor terhadap pesawat-pesawatnya bahkan membuat saham mereka turun drastis. Saham AerCap, misalnya, turun sampai 30 persen di bursa New York.
Ancaman lessor terhadap maskapai-maskapai Rusia untuk menyita pesawat mereka saat mendarat di negara ketiga atau negara lain di luar federasi Rusia, memang bukan isapan jempol belaka.
Pada tanggal 3 Maret lalu, sehari setelah Airbus-Boeing resmi men-stop pasokan suku cadang dan dukungan teknis ke maskapai Rusia, salah satu lessor berniat menyita pesawat Airbus A321neo mereka yang dioperasikan oleh Aeroflot saat mendarat di Mesir.
Entah bagaimana ceritanya, pesawat dengan nomor registrasi VP-BXT gagal diambil alih. Sejak saat itu, Aeroflot, termasuk maskapai Rusia lainnya, hanya mengoperasikan pesawat di dalam negeri saja; termasuk mengoperasikan pesawat ke negara lainnya yang sudah dipastikan aman alias tidak akan mendukung tindakan lessor mengambil alih pesawat dari tangan maskapai Rusia.
Baca juga: Telat Bayar Motor Didatangi Debt Collector, Maskapai Telat Bayar Utang Juga Didatangi?
Mengoperasikan hanya penerbangan domestik ataupun internasional terbatas, tentu saja kerugian besar bagi maskapai Rusia. Sebab, orang-orang Rusia sangat gemar bepergian secara internasional.
Pada paruh pertama tahun 2019, orang Rusia melakukan hampir 20 juta perjalanan ke luar negeri. Destinasi favoritnya adalah Turki, disusul Finlandia, Kazakhstan, Cina, dan Ukraina.