Dalam upayanya untuk mengurangi tingkat polusi dan kemacetan yang terus mendera, otoritas India meluncurkan sebuah bus harian berbasis aplikasi baru-baru ini. Peluncuran bus harian berbasis aplikasi ini berselang satu tahun setelah skema “Premium Bus” yang diusulkan oleh pemerintah ditolak mentah-mentah oleh Gubernur Letnan Najeeb Jung. Kini, pemerintah tengah menyusun proposal layanan bus AC berbasis aplikasi, karena mereka yakin kehadiran bus ini akan menunjang sarana transportasi di Capital.
Baca Juga: Tata Ultra Electric, Revolusi Bus Listrik dari India
KabarPenumpang.com meliput dari laman nyoooz.com (10/7/2017), sejumlah operator seperti Shuttl, ZipGo, dan Ola Shuttle yang menyediakan bus berbasis aplikasi ini pun turut mematuhi peraturan yang berlaku, layaknya bus konvensional pada umumnya. Nantinya, layanan bus berbasis aplikasi ini akan dioperasikan oleh pihak swasta di jalur yang serupa dengan aggregator taksi berbasis aplikasi. Minggu lalu, sebanyak 53 bus berbasis aplikasi terpaksa dikandangkan oleh Departemen Transportasi India.
Sesegera mungkin, warga New Delhi akan dapat memesan kursi bus ber-AC ini cukup melalui aplikasi yang mereka unduh di ponsel mereka. Kehadiran bus ini juga dinilai sebagai langkah nyata dalam pengadaan moda transportasi yang aman dan nyaman, khususnya bagi karyawan kantoran ketika peak hours. Sebagai langkah awal, pemerintah Delhi akan mulai menginduksi setidak-tidaknya 1.000 bus AC untuk digunakan sebagai armada bus berbasis aplikasi ini.
Seperti yang dihimpun dari laman sumber, Menteri Transportasi, Kailash Gahlot mengatakan proyek ini memiliki banyak tujuan yang berguna bagi kemajuan sektor transportasi India, salah satunya adalah untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalanan. Memang, sensasi berkendara menggunakan kendaraan pribadi memang tidak sama ketika kita berkendara menggunakan kendaraan umum. Jika berkendara menggunakan moda berbasis massal, kita dipaksa mengikuti rute yang ada, berbanding terbalik jika kita menggunakan kendaraan pribadi yang bisa memilih akses jalan lain ketika rute yang hendak kita lewati mengalami macet.
Di India sendiri, sebanyak 10 juta kendaraan melintas setiap harinya, dimana sekitar 3,6 juta diantaranya merupakan kendaraan pribadi. Melonjaknya angka ini dibarengi dengan populasi warga India yang di atas rata-rata (1,4 miliar penduduk), jadi tidaklah heran kalau setiap harinya jalan-jalan di India dipadati oleh hilir mudik kendaraan dan pejalan kaki.
Baca Juga: Jajal Tuk Tuk, “Bajaj” dengan Argometer di Bangalore, India
Kailash menambahkan, kehadiran bus ini merupakan salah satu upaya pemerintah India untuk mengurangi tingkat kemacetan yang ada dan mengurangi tingkat pencemaran udara di sana. “Kami berharap orang-orang bisa beralih menggunakan kendaraan umum,” tambahnya.
Untuk urusan modanya sendiri, bus ini bisa dibilang cukup lengkap dengan fasilitas penunjang lainnya yang setara dengan bus kelas premium, seperti WiFi, reclining seat, sistem hiburan seperti TV, kain pelapis jok premium quality, GPRS, kamera CCTV, dan panic buttons. Dari kasus ini, nampaknya masalah yang dihadapi oleh India hampir serupa dengan di Ibu Kota, dimana pemerintah berusaha menekan jumlah kendaraan pribadi yang berkeliaran di jalanan dengan cara menghadirkan beberapa transportasi umum, seperti bus TransJakarta, KRL, dan yang akan datang adalah MRT.