Kondisi kebakaran hutan dan lahan (kahurtla) yang semakin menjadi-jadi kini tengah menjadi topik hangat perbincangan warga Indonesia. Selain melumpuhkan aktivitas di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan, ternyata kondisi kabut asap yang menjadi imbas dari pembakaran lahan besar-besaran ini tak pelak juga mengganggu jalur transportasi, khususnya transportasi udara. Pemberitaan terakhir menyebutkan bahwa dampak dari kabut asap ini membuat 16 ribu warga Riau positif mengidap ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Pesawat Dihimbau Tak Mengudara Saat Turun Kabu
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman liputan6.com (17/9), Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Polana B Pramesti menyebutkan bahwa sejumlah penerbangan di wilayah Kalimantan terpaksa dibatalkan terkait kondisi penglihatan yang minim karena tertutup kabut asap.
“Dengan kondisi saat ini, kami akan terus berkoordinasi melalui dengan Otoritas Bandar Udara (OBU), operator penerbangan, AirNav Indonesia, pihak maskapai, dan stakeholder terkait sehingga semua tim dapat tetap memperhatikan keselamatan penerbangan,” tuturnya.
Dikabarkan, dua bandara di Kalimantan Barat, yakni Bandara Internasional Supadio dan Bandar Udara Pangsuma, Putussibau memiliki jarak pandang yang sangat terbatas – masing-masing 400 meter dan 3.000 meter.
Lepas dari kasus di atas, menerbangkan pesawat di daerah yang memiliki visibilitas rendah (sepertih halnya tertutup kabut asap seperti di Sumatera dan Kalimantan) merupakan hal yang menantang, bahkan untuk seorang pilot yang memiliki jam terbang tinggi. Mengutip dari laman weather.gov, setiap tahunnya sekitar 440 orang meninggal dalam kecelakaan pesawat karena minimnya visibilitas pilot ketika menerbangkan pesawat.
Kendati terbilang cukup fatal, namun Anda tidak perlu khawatir jika ‘terpaksa’ harus terbang di tengah kabut asap, mengingat pesawat tergolong moda transportasi yang sangat aman dengan kelengkapan berbagai pedoman dan instrumen keselamatan yang harus dipenuhi oleh pihak maskapai (termasuk pilot) ketika hendak menerbangkan penumpang.
Baca Juga: Saat Bencana Alam Tiba, Bukan Berarti Perjalanan Batal, Ikuti Tips Ini
Adapun panduan yang harus dipenuhi oleh pilot ketika hendak mengudara di daerah yang tengah dilanda oleh kabut asap melingkupi:
1. Mendapatkan update terbaru dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Aviation Weather Center terkait ramalan cuaca, saran, hingga pengamatan terbaru dari lokasi yang terdampak,
2. Mempertimbangkan untuk merubah rute penerbangan semisal tidak memungkinkan untuk dilintasi,
3. Mengikuti pedoman keselamatan yang sudah diamanatkan oleh Federal Aviation Administration (FAA) dan aturan penerbangan untuk kategori penerbangan tertentu berdasarkan visibilitas dan ketinggian jelajah.
Jadi, agaknya penumpang tidak harus khawatir jika harus mengudara di daerah yang sedang ditutupi oleh kabut asap karena sudah pasti pihak maskapai dan pilot tidak akan mau gambling untuk tetap menerbangkan pesawat jika ujung-ujungnya terjadi kecelakaan.