Pada tanggal 22 Januari 2024, sempat dibahas mengenai reaktivasi jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo kembali dibahas dalam rapat DPRD Ponorogo. Menurut pembahasan dari berbagai sumber, dalam rapat tersebut, disusunlah Raperda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Madiun-Ponorogo Tahun 2023-2043.
Langkah ini mencerminkan keseriusan pemerintah daerah dalam mengembangkan infrastruktur transportasi yang dapat memberikan dampak positif bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Meskipun rencana reaktivasi rel kereta api telah diakomodasi dalam RTRW, tapi hingga saat ini belum ada kepastian mengenai realisasi rencana tersebut.
Proses ini mungkin melibatkan sejumlah pertimbangan teknis, finansial, dan regulasi yang perlu dipertimbangkan secara matang sebelum langkah selanjutnya dapat diambil. Dengan persoalan yang kompleks tersebut, dikutip dari laman Ponorogo News, berikut ini adalah fakta lain yang berkaitan dengan jalur kereta api Ponorogo.

1. Jalur Reaktivasi
Beberapa stasiun yang masih terawat meskipun tidak beroperasi adalah Stasiun Ponorogo, Stasiun Balong, Stasiun Jetis, dan Stasiun Badegan. Perubahan jalur kereta api bisa dipengaruhi oleh kondisi alam dan berbagai faktor lainnya. Namun, jika reaktivasi jalur rel dilakukan, stasiun-stasiun tersebut kemungkinan akan menjadi bagian dari jalur kereta api Madiun-Ponorogo. Hal ini akan memberikan manfaat besar bagi konektivitas antarwilayah dan mobilitas masyarakat di Ponorogo serta sekitarnya.
2. Proses Reaktivasi Terhenti Sementara
Kondisi sulit dan padatnya pemukiman warga di sepanjang jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo, khususnya di wilayah jalan Ploso, Kelurahan Oro-oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, telah menghentikan sementara rencana reaktivasi yang telah direncanakan sebelumnya.
Para pihak terkait, termasuk PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Pemerintah, menghadapi kesulitan dalam menemukan solusi atas situasi ini. Hal ini telah menyebabkan sebagian jalur rel tertimbun oleh pemukiman serta aspal, membuat jalur rel menjadi tidak terlihat di beberapa titik, khususnya di sekitar Halte Kota.
3. Wacana yang Cukup Lama
Sejak tahun 2020, pembahasan mengenai reaktivasi jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo telah disampaikan oleh PT KAI kepada publik. Rencana tersebut tentu disambut antusias oleh masyarakat lokal, terutama di Ponorogo. Masyarakat berharap bahwa reaktivasi jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo bukan hanya sekadar wacana belaka, tetapi dapat segera terealisasi.
4. Melibatkan Stasiun Lama
Jalur reaktivasi rel kereta api Madiun-Ponorogo yang dipertimbangkan kembali melibatkan beberapa stasiun kereta api di Ponorogo, termasuk Stasiun Ponorogo, Stasiun Balong, Stasiun Jetis, dan Stasiun Badegan. Meskipun saat ini stasiun-stasiun tersebut tidak beroperasi, tapi masih terawat dengan baik. Keterlibatan stasiun-stasiun lama ini menjadi penting karena beberapa faktor alam telah mempengaruhi perubahan jalur kereta api di wilayah Ponorogo.
Beberapa faktor alam yang mempengaruhi perubahan jalur kereta api meliputi topografi atau kondisi geografis, perubahan lahan dan lingkungan sekitar, serta perkembangan infrastruktur dan perkotaan. Stasiun-stasiun lama ini mungkin akan direnovasi atau disesuaikan kembali dengan standar operasional yang diperlukan untuk mendukung kegiatan operasional kereta api.
5. Berbagai Kendala Saat Upaya Reaktivasi
Upaya reaktivasi rel kereta api Madiun-Ponorogo memang menjadi agenda penting bagi Pemerintah Kabupaten Ponorogo, yang telah diakomodasi melalui pengesahan Raperda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ponorogo tahun 2023-2043 oleh DPRD Ponorogo. Namun, proses reaktivasi ini tidaklah mudah dan memerlukan pertimbangan matang, terutama mengingat potensi dampak sosial yang mungkin timbul.
Dengan berbagai kondisi tersebut, rencana reaktivasi jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo harus ditangguhkan sementara waktu. Pihak KAI dan Pemerintah setempat kini sedang berupaya mencari solusi yang memungkinkan untuk mengatasi masalah ini dan melanjutkan rencana reaktivasi dengan lancar. Semoga saja terwujud.
Napak Tilas Jalur Madiun-Ponorogo. Dulu Primadona, Sekarang Menebar Dilema