Helikopter bisa dibilang lebih rentan terlibat kecelakaan fatal ketimbang pesawat dengan sayap tetap atau fixed wing. Itu karena, ketika main rotor atau tail rotor mengalami kegagalan mesin atau engine failure, pesawat akan kehilangan tenaga serta keseimbangan dan mengalami rate of descent ekstrem sehingga berpotensi jatuh ke daratan dengan cepat dan keras.
Baca juga: Insinyur NASA: Helikopter Akan Gantikan Manusia Jelajahi Planet Mars
Pada tahun 2009 lalu, misalnya, helikopter Sikorsky S-76 mengalami bird strike dan membuat kehilangan daya akibat rotor utama mati. Akibatnya, helikopter jatuh dan menewaskan delapan dari sembilan penumpang.
21 Maret 2015, di Lanumad Ahmad Yani Semarang, Bell 205 Puspenerbad jatuh dari ketinggian 300 meter saat sedang berlatih pendaratan autorotation. Bell 205 A-1 yang digunakan untuk latihan rutin ini mengalami engine failure. Beruntung tidak sampai menyebabkan korban jiwa.
Engine failure juga dialami helikopter angkut berat Mil Mi-17-V5 yang jatuh di Malinau, Kalimantan Utara pada 9 November 2013. Helikopter yang juga diandalkan dalam misi Pasukan Garuda ini crash sesaat sebelum mendarat di helipad. Dalam musibah ini 13 orang tewas dan enam orang luka-luka.
http://https://www.youtube.com/watch?v=oa80FADAmUI
Sebelum pesawat kehilangan daya dan jatuh dengan keras ke daratan, sebetulnya, ada fitur autorotation yang bisa dimanfaatkan pilot untuk mendaratkan helikopter dengan aman. Dikarenakan pentingnya fitur ini dalam kondisi darurat, taruna pilot diwajibkan untuk menguasai pendaratan dengan autorotation sebagai salah satu syarat mendapatkan izin terbang.
Dikutip dari Indomiliter.com, autorotation adalah keadaan pada waktu terbang dimana main rotor atau baling-baling utama dari sebuah helikopter diputar oleh aksi dari udara, bukan diputar oleh tenaga mesin.
Pada normal powered flight, udara dihisap ke main rotor system dari atas dan dihembuskan ke bagian bawah rotor. Pada autorotation, udara masuk ke main rotor system dari bawah sebagai akibat helikopter turun dari ketinggian.
Baca juga: Sadar Hidupnya Tak Lama Lagi, Nenek 104 Tahun Maksa Ingin Terbang dengan Helikopter
Berbeda dengan fixed wing, pada rotary wing (helicopter, gyrocopter, dsb) selama rotor berputar di atas batas putaran minimum maka akan menghasilkan gaya aerodinamik lift (gaya angkat) dan thrust (gaya dorong) walaupun pada low airspeed bahkan zero airspeed.
Tujuan utama dari autorotation sebetulnya adalah kita mendapat energi inersia rotor/ROTOR RPM yang cukup sehingga bisa manfaatkan seluruhnya untuk memperlambat rate of descent ketika touch down, sehingga helikopter dapat mendarat dengan selamat tanpa ada kerusakan ataupun luka-luka pada kru maupun penumpang.