Serangan siber (cyber attack) kembali menimpa industri penerbangan, dengan kasus terbaru adalah serangan siber di Bandara Long Beach (LGB), bandara umum utama yang terletak di dekat Los Angeles, pada 14 November lalu. Serangan siber tersebut memengaruhi situs web utama bandara dan menyebabkan otoritas bandara membuat situs web tersebut offline untuk sementara.
Baca juga: Ini 7 Dampak Serangan Siber yang Berimbas Serius pada Maskapai Penerbangan
Dikutip Simple Flying, saat ins situs web bandara dialihkan ke situs web kota Long Beach, yang juga telah menambahkan informasi penerbangan tambahan untuk membantu penumpang menavigasi penerbangan mereka.
Serangan siber tersebut mengubah situs web bandara dan menyebabkan situs web itu sendiri menjadi offline. Selain itu, serangan tersebut memengaruhi beberapa sistem pemrosesan pembayaran yang ditautkan dari situs web.
Namun, sistem bandara utama lainnya tidak terpengaruh oleh serangan tersebut. Sistem yang tetap berfungsi penuh meliputi WiFi publik bandara, sistem internet yang digunakan oleh maskapai penerbangan, pengatur lalu lintas, aplikasi seluler bandara, dan kios pembayaran untuk parkir di properti bandara. Semua sistem ini berjalan pada server terpisah dari server utama yang terhubung dengan situs web bandara.
“Pada 14 November 2023, Kota Long Beach mengetahui bahwa kota tersebut berpotensi mengalami insiden keamanan siber. Departemen Teknologi dan Inovasi Kota segera memulai penyelidikan, bekerja sama dengan firma konsultan keamanan siber yang dikontrak dan memberi tahu FBI. Melalui penyelidikan awal, diketahui telah terjadi insiden keamanan pada jaringan.”
Baca juga: Inilah 5 Kasus Serangan Siber yang Terkenal dalam Dunia Maskapai Penerbangan
Serangan siber ini terjadi pada saat yang tidak menguntungkan menjelang musim perjalanan yang sibuk. Bandara Long Beach memperkirakan sekitar 88.000 penumpang selama akhir pekan Thanksgiving. Diperkirakan juga mencapai 14.000 penumpang pada hari tersibuknya. Angka-angka ini meningkat 25% jika dibandingkan tahun 2019, yang dianggap sebelum adanya pandemi COVID-19. Hal ini menunjukkan kembalinya perjalanan normal dibandingkan dengan penurunan perjalanan selama pandemi.