Friday, November 7, 2025
HomeAnalisa AngkutanPesawat Turboprop Juga Bisa Bergerak Mundur Sendiri, Tapi Ada Konsekuensinya

Pesawat Turboprop Juga Bisa Bergerak Mundur Sendiri, Tapi Ada Konsekuensinya

Bila pesawat bermesin jet dapat bergerak mundur denganmenggunakan thrust reverser, maka bagaimana dengan pesawat bermesin turboprop, yang identik dengan keberadaan bilah baling-baling?

Namun, pesawat turboprop seperti ATR 72-500 juga dapat bergerak mundur menggunakan tenaganya sendiri (tanpa bantuan pushback tug), kemampuan ini dikenal sebagai “powerback” atau “propeller reverse”.

Tidak seperti mesin jet yang menggunakan thrust reverser untuk membelokkan aliran udara ke depan, pesawat turboprop seperti ATR 72-500 mencapai gerakan mundur dengan mengubah sudut bilah baling-baling (propeller pitch) menjadi sudut negatif.

Ketika pilot memilih mode “reverse thrust” atau “beta mode” (istilah spesifik untuk turboprop), bilah baling-baling akan berputar sedemikian rupa sehingga mereka mendorong udara ke arah depan pesawat. Hal ini menghasilkan daya dorong ke arah belakang, yang memungkinkan pesawat bergerak mundur di apron atau dari posisi parkir tanpa memerlukan kendaraan penarik (pushback tug).

Meskipun memiliki kemampuan ini, penggunaan powerback tidak selalu menjadi prosedur standar di semua bandara karena beberapa alasan, seperti potensi kerusakan pada area di belakang pesawat akibat hembusan udara yang kuat (jet blast/propwash), pertimbangan keamanan dan kebisingan di area padat apron dan prosedur operasional bandara tertentu yang mungkin melarangnya.

Bergerak mundur dengan mesin sendiri (powerback) pada pesawat, baik turboprop maupun jet (jika dilengkapi fitur ini), memiliki beberapa kelemahan dan risiko yang membuatnya tidak selalu menjadi prosedur pilihan di banyak bandara, seperti hembusan udara yang kuat dari mesin jet (jet blast) atau baling-baling turboprop (propwash) saat mundur dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan darat (gerobak bagasi, tangga, dll.), kendaraan lain, atau bahkan bangunan di apron.

Kenapa Pesawat Terbang Tidak Bisa Mundur atau Self-Pushback Saat di Bandara? Ini Jawabannya

Personel yang berada di dekat pesawat bisa terdorong, terluka, atau terkena serpihan. Di landasan yang tidak beraspal sempurna atau di apron yang kotor, hembusan udara ini bisa mengangkat debu, kerikil, atau benda asing (FOD – Foreign Object Debris) yang berpotensi masuk ke mesin pesawat lain atau melukai staf.

Dari segi visibilitas, pilot memiliki pandangan yang sangat terbatas ke belakang saat mundur. Mereka harus sangat mengandalkan panduan dari marshal darat atau sistem kamera (jika ada). Manuver mundur dengan pesawat besar sangat menantang dan membutuhkan presisi tinggi. Sudut kemudi roda hidung mungkin tidak seefektif saat bergerak maju.

Kemudian ada peningkatan risiko tabrakan dengan pesawat lain, kendaraan darat, atau infrastruktur bandara karena terbatasnya visibilitas dan kontrol.

Meskipun menggunakan daya dorong mesin, efisiensi bahan bakar saat mundur seringkali lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan pushback tug, terutama karena mesin harus menghasilkan daya dorong yang signifikan dalam kondisi yang tidak optimal untuk efisiensi. Operasi mundur dengan mesin dapat menghasilkan tingkat kebisingan yang sangat tinggi di apron, yang bisa mengganggu staf bandara, penumpang, dan lingkungan sekitar.

Meskipun pesawat memiliki kemampuan teknis untuk mundur sendiri, alasan-alasan di atas (terutama keamanan dan efisiensi operasional) membuat pushback tug menjadi metode yang lebih disukai dan umum digunakan untuk mendorong pesawat dari gate di sebagian besar bandara modern.

Powerback lebih sering terlihat di bandara-bandara kecil, terpencil, atau dalam operasi militer di mana peralatan pendukung darat tidak tersedia.

DC-9/MD-80, Pesawat Penumpang yang Mampu Melakukan Self-Pusback!

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru