Setelah ditemukannya masalah pada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), kini polemik seputar Boeing 737 MAX mulai dengan babak baru lainnya, setelah diketahui fitur autopilot di 737 MAX menjadi masalah baru setelah dilakukan pemeriksaan tambahan sebelum diizinkan kembali melayani penumpang. Masalah autopilot ini diidentifikasi dan ditemukan bukan oleh pihak Amerika Serikat, melainkan oleh European Union Aviation Safety Agency (EASA) atau Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa.
Baca juga: Kembangkan Teknologi Autopilot, Boeing Tawarkan Self Flying Plane
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman simpleflying.com (6/7/2019), ada beberapa masalah yang perlu diperbaiki oleh Boeing 737 MAX seperti potensi kesulitan yang dimiliki pilot dalam memutar roda trim manual jet. Selain itu sensor of attack tak bisa diandalkan, prosedur pelatihan pilot tidak memadai, kegagalan autopilot untuk melepaskan diri dari keadaan darurat tertentu.
Adapula masalah perangkat lunak mengenai mikroprosesor lagging yang baru-baru ini diidentifikasi oleh Federal Aviation Administration (FAA). EASA menemunkan bahwa autopilot tidak selalu terlepas dengan benar ketika keadaan darurat. Hal ini bisa menyebabkan insiden yang tidak menguntungkan jika pilot tak punya waktu untuk mengambil alih dari autopilot.
Karena berbagai masalah, FAA sendiri mendapat banyak pertanyaan terkait proses sertifikasi yang telah mengurangi kredibilitas mereka sebagai regulator penerbangan di seluruh dunia. Hal ini kemudian membuat EASA kemungkinan bakal memiliki pengaruh yang signifikan untuk agen-agen penerbangan lainnya.
“Kami terus terlibat dengan regulator dan memberikan informasi saat kami bekerja menuju pengembalian yang aman ke layanan untuk MAX,” ujar pihak Boeing menanggapi masalah yang ada.
Tak hanya itu, Boeing sendiri belum mengungkapkan detail tentang kekhawatiran baru dari EASA dan belum ada informasi bagaimana akan diperbaiki masalah yang baru saja ditemukan tersebut. Meski begitu, Boeing tetap menjadwalkan masuknya kembali 737 MAX pada September 2019.
Tetapi beberapa maskapai sudah menghapus penggunaan Boeing 737 MAX hingga Oktober dan beberapa negara melarang penerbangannya hingga tahun 2020. Untuk kembali menerbangan Boeing 737 MAX, badan pengatur penerbangan memiliki peran besar dalam penentuan pesawat tipe tersebut untuk disertifikasi ulang dan kembali melayani penumpang.
Namun pertanyaan besar akan muncul bila sudah disertifikasi ulang. Apakah penumpang akan mau menggunakan pesawat Boeing 737 MAX kembali atau kepercayaan sudah hilang dan tak mau naik bila mereka tahu bakak terbang menggunakan pesawat itu?