Bandara Blimbingsari yang berada di Banyuwangi, Jawa Timur kondang disebut sebagai green Airport atau bandara berkonsep Hijau pertama di Indonesia. Green airport menekankan pada optimalisasi lahan pertanian yang ada di area bandara, serta keberpihakan pada masyarakat sekitar bandara. Konsep ini juga menggunakan desain interior dari produksi masyarakat setempat.
Baca juga: 28 Agustus 2017, Jadwal Ground Breaking Bandara Internasional Bali Utara
Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagi sumber, pada konsep green airport tanah yang digunakan tidak dihabiskan untuk bandara tetapi untuk pembentukan landscape pertanian. Tak hanya itu, dalam konsep green airport ini, bandara sangat meminimalkan penggunaan air conditioner (AC). Terminal baru ini akan memanfaatkan sirkulasi udara yang diatur dengan kisi-kisi sebagai pendingin udara yang dibantu aliran air untuk menyejukkan udara disekeliling terminal.
Adapun atap terminal akan terhampar luas rerumputan hijau dan energi alamani dimanfaatkan mengatur pencahayaan matahari sebgai penerang ruangan di siang hari. Desain yang dibuat mengadopsi kearifan lokal dengan gaya arsitektur khas suku Osing yakni masyarakat asli Banyuwangi.
Atap terminal mengadopsi penutup kepala khas masyarakat suku Osing, Udeng. Terminal baru Bandara Blimbigsari ini juga banyak menggunakan ornamen kayu dan dibangun menggunakan dana APBD Banyuwangi sebesar Rp40 miliar. Konsep green airport ini hadir pada terminal baru Bandara Blimbingsari yang mulai beroperasi April 2017 lalu. Direktur Bandar Udara Direktorat Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Yudisari mengatakan, green airport Blimbingsari akan menjadi perwakilan desain bandara Indonesian Style.
Baca juga: Tahun 2018, Bandara Internasional Kertajati di Majalengka Mulai Beroperasi
Selain itu, Bandara Blimbingsari juga akan menjadi percontohan pembangunan bandara yang khas Indonesia. “Satu-satunya bandara dengan konsep Indonesian Style yang pernah dibangun. Terminal ini luar biasa, bagus sekali, sangat terasa Indonesianya. Terminal baru yang bagus ini akan menjadi percontohan nasional,” ujarya yang dikutip KabarPenumpang.com dari banyuwangikab.go.id (20/1/2017).
Bandara Blimbingsari merupakan salah satu aset Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi yang dikelola oleh Satuan Kerja Bandara Udara dibawah naungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan. Tahun 2003, Menhub mengeluarkan KM 49 Tahun 2003 tentang penetapan Bandara Udara di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Awal penggunaan bandara ini pada tahun 2009 yakni untuk take off dan landing pesawat jenis Cassa dan pada April di tahun yang sama para Flight Instructor (instruktur terbang) Bali International Flight Academy (BIFA) menggunakan Bandara Blimbingsari sebagai latihan take off dan landing untuk siswa-siswanya.
Satu tahun kemudian, tepatnya 26 Desember 2010, bandara ini dilakukan uji kelayakan terbang dengan menggunakan pesawat C208 Grand Caravan miilik PT Sky Aviation oleh Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagai salah satu syarat untuk penerbangan komersial untuk maskapai tersebut.
Empat hari setelahnya, penerbangan komersial perdana dilakukan oleh PT Sky Aviation dan sekaligus peresmian Bandara Blimbingsari sebagai bandara komersial domestik. Kemudian akhir tahun 2016 kemarin, maskapai Sriwijaya Air membuka rute Jakarta-Banyuwangi dan izin dari Kemenhub turun pada April 2017 setelah beroperasinya terminal baru Bandara Blimbingsari dan maskapai lainnya pun menyusul seperti Garuda Indonesia, Nam Air dan lainnya.
Baca juga: Saatnya Menikmati Musim Peragaan Busana di Bandara
Bandara dengan konsep green airport ini memiliki panjang landasan pacu 2.250 meter dan mampu menampung 250 ribu penumpang. Tak hanya itu, ternyata bandara ini juga menjadi yang pertama kali menampilkan gelaran busana kebaya pada 21 dan 22 April 2017 lalu dengan melibatkan 100 desainer.