Sebagai bagian dari himpunan 129 gunung berapi di Indonesia, Gunung Galunggung pernah membuat maskapai British Airways Penerbangan 9 hampir mengalami kecelakaan. Pesawat yang bertolak dari Bandara Internasional Heathrow, London menuju Auckland tersebut mengalami kerusakan pada bagian mesinnya yang mengakibatkan keempat penggerak pesawat Boeing 747 mati total. Diketahui, pesawat tersebut menerobos awan abu letusan gunung Galunggung, 35 tahun silam.
Baca Juga: Abu Vulkanik, Musuh Besar Dalam Dunia Penerbangan
Setelah “tertidur” selama kurang lebih 63 tahun, Gunung di Tasikmalaya, Jawa Barat, itu mulai meletus kembali pada 5 Mei 1982. Letusan berupa dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983.
Kala itu, pilot Eric Moody yang tengah membawa 263 penumpang tidak mengetahui bahwa Gunung Galunggung baru saja meletus. Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman CNN (16/4/2010), Eric sontak kaget ketika mengetahui bahwa empat mesin pesawat yang tengah ia kendalikan tersebut tidak berfungsi, tepatnya ketika pesawat berada di atas Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Ketika mengetahui insiden tersebut, pesawat tengah berada di ketinggian 36.000 kaki atau setara dengan 11.000 meter.
Tanpa berpikir panjang, Eric dan asistennya kemudian mengambil keputusan untuk segera melandaskan pesawat di bandara terdekat. Anehnya lagi, kru darat tidak mengetahui bahwa mesin pesawat tersebut mati. Namun, masalah belumlah usai, mereka berdua tidak bisa melihat pemandangan di luar lewat kaca depan dan sebagian dari panel elektronik untuk membantu pendaratan darurat tidak jalan. Sebagai kapten penerbangan, Eric berusaha untuk tetap tenang dalam mengendalikan pesawat mati tersebut.
Untungnya, ketika pesawat dengan nomor registrasi G-BDXH tersebut menyentuh ketinggian 13.000 kaki, tiga dari empat mesin kembali menyala, sehingga pesawat tersebut bisa melakukan pendaratan darurat di Jakarta, karena Eric mengaku, kota terdekat dari posisi pesawat adalah Jakarta. Terbayang bagaimana mencekamnya suasana di kabin kala itu. Sebuah pengalaman yang amat sayang untuk dilupakan oleh seluruh penumpang serta awak kapal. Maka dari itu, para penumpang penerbangan tersebut membentuk Galunggung Gliding Club, agar mereka bisa terus berkomunikasi satu sama lain.
Secara geografis, Indonesia dikenal sebagai lokasi yang dikelilingi oleh gunung berapi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ring of Fire. Ini tentu bukan kabar baik bagi dunia aviasi, bercermin pada kejadian yang menimpa British Airways pada tahun 1982 tersebut. Dilansir dari sumber lain, pada 9 November 2010 silam, Kementerian ESDM, Badan Geologi, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menandatangani nota Kesepakatan Bersama Pelayanan Informasi Awan Abu Vulkanik (Volcanic Ash Cloud) untuk Kegiatan Penerbangan.
Baca Juga: Sejumlah Fakta dari Proses Emergency di Pesawat Terbang
Memorandum of Undestanding (MoU) ini merupakan upaya pemenuhan terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, serta rekomendasi International Civil Aviation Organization (ICAO), Universal Safety Oversight Audit Program (USOAP), serta implementasi dari Peraturan Menteri Nomor KM 52 Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 174 tentang Pelayanan lnformasi Meteorologi Penerbangan yang telah ditandangani tanggal 14 September 2010.
Adapun tujuan lain dari MoU ini adalah sebagai bentuk kerjasama dalam pelayanan informasi awan abu vulkanik untuk kegiatan penerbangan guna mewujudkan keselamatan penerbangan dan untuk meminimalkan dampak awan abu vulkanik di atmosfer terhadap keselamatan penerbangan. Ruang lingkup Kesepakatan Bersama ini meliputi informasi perubahan aktivitas vulkanik sebelum letusan (pre-eruption) dan informasi kejadian letusan. Selanjutnya, alur pelayanan informasi awan abu vulkanik untuk kegiatan penerbangan ini dikirim oleh Badan Geologi.