Kasus penembakan dua Masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019) kemarin ternyata berbuntut panjang. Tidak hanya berdampak pada pengoperasian jalur udara di Christchurch seperti yang sudah diberitakan kemarin, tapi juga kasus ini berdampak juga pada Facebook sebagai platform media sosial yang menayangkan secara live proses pembantaian umat muslim yang baru saja menunaikan ibadah Sholat Jumat ini. Ada banyak orang di luar sana yang lalu berhenti menggunakan Facebook pasca insiden penembakan keji ini – salah satunya adalah CEO AirAsia, Tony Fernandes.
Baca Juga: Sehari Pasca Penembakan Brutal, Bandara Christchurch Telah Dibuka Kembali
Adapun alasan yang melatarbelakangi Tony untuk berhenti menggunakan platform media sosial Facebook adalah karena ia menganggap Facebook tidak maksimal dalam melawan tindak terorisme. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, aksi penembakan brutal ini tersiar secara langsung pada fitur live streaming yang ada di Facebook. Selain itu, Tony juga mengaku bahwa dirinya sudah sering dirundung kerugian akibat Facebook karena banyaknya kasus penipuan yang mengatasnamakan dirinya.
Dalam jejaring sosial Twitter pribadi miliknya, Tony menyebutkan bahwa, “Facebook seharusnya bisa bekerja lebih banyak untuk menghentikan kasus ini. Saya sendiri telah menjadi korban dari banyak cerita palsu terkait bitcoin dan lain-lain. 17 menit siaran langsung pembunuhan dan kebencian!!! Facebook perlu bersih-bersih dan tidak hanya memikirkan uang semata,”
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman cnn.com (18/3/2019), CEO AirAsia sendiri tidak menampikkan bahwa Facebook merupakan platform media sosial yang sangat berguna – terutama dalam hal komunikasi. Namun di sisi lain, Tony juga tidak bisa mentolerir aksi penembakan yang menewaskan puluhan umat muslim di Selandia Baru tersebut. Kendati sudah ditinggal sang CEO, namun akun AirAsia masih aktif di Facebook hingga saat ini.
Baca Juga: AirAsia ‘Hilang’ dari Traveloka dan Tiket.com, Alasan Teknis atau Ada Tekanan?
Mengutip dari laman sumber lain, pihak Facebook mengaku sudah menghapus hingga 1,5 juta video penembakan Christchurch dalam tempo 24 jam setelah penembakan.
“Dalam 24 jam pertama, kami telah mencekal 1,5 juta video serangan secara global, yang mana 1,2 juta di antarnya diblokir ketika proses upload,” ujar Mia Garlick, juru bicara Facebook Selandia Baru.