Virus corona menyebar dengan cepat, tak kenal tempat dan waktu. Selain itu, menurut penelitian, virus yang diduga berasal dari Wuhan, Cina ini disebut dapat bertahan di udara selama 3 jam, 4 jam di bahan tembaga, 24 jam di bahan kardus, 2-4 hari di permukaan plastik dan stainless, serta 9 hari di permukaan logam dan kaca.
Baca juga: Haneda, Bandara Terbersih di Dunia Cerminan Budaya Jepang
Celakanya, berbagai permukaan tersebut sangat sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari, mulai dari mata terbuka sampai kembali tertutup di malam hari; tak terkecuali di bandara. Oleh karenanya, dibutuhkan inovasi teknologi untuk mencegah terjadinya penularan di berbagai sudut bandara, khususnya tempat-tempat yang banyak disentuh atau digunakan hampir setiap calon penumpang. Salah satunya seperti kiosk check-in.
Menyadari potensi itu, belum lama ini, maskapai nasional Jepang, Japan Airlines dikabarkan tengah mengujicoba teknologi check-in tanpa sentuh atau touchless check-in kiosk. Uji coba tersebut dilakukan di Bandara Internasional Haneda, Tokyo, tepatnya di Terminal 1 keberangkatan, selama tiga pekan lebih, dari mulai 24 Agustus-15 September 2020 mendatang.
Laporan dari aviationpros.com, teknologi touchless check-in kiosk besutan Mitsubishi Electric and Oki Electric Industry ini dilengkapi dengan touchless sensors atau sensor inframerah tanpa sentuhan terbaru. Hal itu memungkinkan para pelanggan untuk benar-benar melakukan proses check-in tanpa menyentuh layar dengan jarak minimal sekitar 3 cm, cukup untuk membuat jari-jari penumpang tetap steril.
Saat ini, proses uji coba check-in tanpa sentuhan Japan Airlines hanya melibatkan dua unit mesin kiosk. Memang tak terlalu banyak, namun diperkirakan masih sejalan dengan jumlah penumpang Japan Airlines yang masih belum sepenuhnya pulih, mengingat kasus positif Covid-19 di Jepang belum sepenuhnya sirna, layaknya di Wuhan ataupun di kota-kota lainnya di seluruh dunia.
Dikutip dari The Mainichi, pada Jumat, (7/8) lalu, Negeri Sakura mengkonfirmasi tambahan 1.580 kasus positif virus corona. Sebagian besar kasus berasal dari area perkotaan seperti Tokyo dan Osaka. Dengan musim libur Jepang yang akan dimulai pada pekan depan, terdapat kekhawatiran bahwa pergerakan penduduk akan meningkatkan terjadinya transmisi virus.
Dari jumlah tersebut, Tokyo mencatat hampir sepertiga kasus corona, dengan melaporkan 462 kasus baru, mendekati rekor 472 kasus yang dicatat oleh ibu kota pada pekan lalu. Guna menekan penyebaran virus corona, Gubernur Tokyo Yuriko Koike meminta warganya untuk menahan diri agar tidak bepergian selama liburan.