Sebagian dari Anda pasti sudah pernah melakukan perjalanan menggunakan kereta api dari Jakarta menuju Bandung. Pemandangan indah yang tersaji sepanjang perjalanan membuat perjalanan tersebut menjadi tidak terasa. Namun tahukah Anda, jalur kereta tersebut memiliki beberapa catatan rekor serta cerita suram dibalik keindahan alamnya? Tidak bisa dipungkiri, terbentangnya rel kereta api rute Jakarta-Bandung ini juga turut memegang andil penting dalam mengubah kehidupan sosial dan ekonomi di kota Bandung hingga mengalami masa kejayaannya pada saat tol Cipularang belum beroperasi.
Baca juga: Chenab, Jadi Kondang Karena Ada Jembatan Kereta Tertinggi di Dunia
Perjalanan sejauh kurang lebih 166 km ini ternyata dihiasi oleh beberapa lokasi yang memegang catatan rekor, seperti jembatan kereta api aktif terpanjang di Indonesia dipegang oleh Jembatan Cikubang dengan panjang 300 m, dan jembatan kereta aktif tertinggi di Indonesia yang dipegang oleh Jembatan Cisomang dengan ketinggian lebih dari 100 meter. Selain dua jembatan tersebut, ada juga terowongan Sasaksaat yang memiliki panjang sekitar 950 meter.
Diantara tiga lokasi yang telah disebutkan di atas, nama Cisomang-lah yang mungkin tidak terlalu asing di telinga Anda, mengingat beberapa waktu ke belakang, jembatan tol ini sempat bergeser dan membuat perjalanan via tol Cipularang mengalami kelumpuhan sementara. Namun, cerita dibalik nama Jembatan Cisomang sendiri menarik untuk diulas lebih dalam. Jembatan kereta api yang terletak di Desa Cisomang, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat ini dibangun pada tahun 1894 dan selesai pada tahun 1922.
Baca juga: Dari Mulai Tanjakan, Hingga Jembatan, 10 Jalur Ekstrim Ini Ada Di Indonesia
Namun, berhubung umur jembatan yang sudah lebih dari 100 tahun dan sudah tidak layak lagi untuk digunakan, pada tahun 2000 beberapa pihak terkait setuju untuk menggaet para ahli konstruksi jembatan kereta api dari Austria, Voesp MCE untuk membangun jembatan Cisomang baru yang terletak persis di samping jembatan yang lama. Lalu pada 3 Agustus 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan penggunaan jembatan Cisomang tersebut. Sedikit berbeda dengan jembatan pendahulunya, Jembatan Cisomang baru memiliki rel ganda antara Stasiun Cisomang dengan Stasiun Cikadongdong.
Jembatan Cisomang lama bercirikan pilar besi baja yang menjulang tinggi, dengan pondasi beton tertanam 3 meter lebih di kedalaman tanah kini sudah tidak dipergunakan lagi sebagai jalur yang menghubungkan Kabupaten Purwakarta dengan Kabupaten Bandung Barat ini. Jembatan tersebut seolah dibiarkan menua dengan besi penyangga kokoh yang mulai berkarat. Namun, terbengkalainya jembatan ini tidak menyurutkan antusias warga sekitar untuk memanfaatkan prasarana transportasi yang sudah tidak terpakai ini.
Ketika sore menjelang, banyak muda-mudi yang menghabiskan waktu di jembatan ini untuk sekedar bercengkrama satu sama lain hingga menjadikan jembatan ini sebagai objek foto. Tidak jarang juga warga sekitar menggunakan jembatan yang sudah berlubang tersebut sebagai akses untuk menjangkau daerah yang terletak diseberang jembatan.
Tercatat, pada Jumat (30/5/2014) malam, kereta Argo Parahyangan anjlok persis di mulut Jembatan Cisomang. Seperti yang KabarPenumpang.com lansir dari laman kompas.com, salah seorang penumpang dalam kereta nahas tersebut menjabarkan kengerian yang terjadi sesaat setelah kereta tersebut anjlok. “Ngeri sekali tadi. Sampai gerbong ketiga dari loko sempat miring, dengan kecepatan cukup tinggi,” ungkap salah seorang penumpang. “Maju sedikit lagi, tidak tahu deh (apa jadinya) karena dalam sekali (dasar ceruk di bawah jembatan),” tambahnya. Masih dalam kesempatan yang sama, ia mengatakan bala bantuan segera datang ke lokasi kejadian dan mengevakuasi para penumpang menuju stasiun Cisomang. “Pakai angkutan desa dan ojek, kami mau dibawa ke Stasiun Cisomang,” tutupnya.