Lahir dua bulan lebih dahulu (dibanding Concorde) sebagai pesawat penumpang supersonik pertama, tak menjadi jaminan kesuksesan Tupolev Tu-144. Setelah serangkaian kecelakaan, Kamis, 1 Juni 1978, menjadi akhir dari cerita heroik pesawat dengan kecepatan maksimum 2.430 km/jam tersebut. Uniknya, bila pesawat Concorde hasil dari gabungan teknologi dua negara, Perancis dan Inggris, Tupolev Tu-144 murni sebagai mahakarya tunggal Uni Soviet kala itu.
Baca juga: Tupolev “Concordski” T-114 – Jiplakan Concorde Yang Kalah Digdaya

Tupolev Tu-144 berhasil terbang perdana pada 31 Desember 1968. Tercatat dua bulan lebih awal dari Concorde. Keberhasilan penerbangan ini menjadi kado tahun baru bagi Uni Soviet ketika itu.
Dengan menjadi yang pertama dalam persaingan menciptakan penerbangan supercepat di samping dengan teknologi sendiri alias tidak berbagi terkonologi dengan negara lain, patutlah Uni Soviet berbesar kepala. Terlebih, kala itu, terdapat geliat bahwa Concorde akan tak sesuai ekspektasi, baik dari segi waktu penciptaan maupun performanya.

Selain itu, Tupolev Tu-144 bukan hanya menjadi yang pertama sebagai pesawat supersonik yang berhasil terbang, melainkan juga sebagai penyandang untuk pertama kalinya yang dapat mencapai kecepatan supersonik atau empat bulan lebih awal dari Concorde pada Juni 1969. Kejumawaan Soviet pun semakin menjadi.
Seperti dilansir Britannica, pesawat ini mulai diperkenalkan ke Moscow pada Mei 1970. Dalam produksinya, Tu-144 memiliki panjang 65,7 meter dan lebar sayap 28,8 meter. Kecepatannya hampir sama dengan Concorde buatan Inggris dan Perancis.
Penerbangan penumpang terjadwal dimulai pada 1977. Pesawat ini mengangkut surat antara Moskwa dan ibu kota Kazakhtan, Alma-Ata (sekarang Almaty).

Dua tahun kemudian ia mengangkut penumpang pertamanya di rute yang sama. Penerbangan 3.200 kilometer hanya memakan waktu sekitar dua jam, dua kali lebih cepat dari yang biasa.
Kala itu, pembuat Tu-144 punya rencana besar untuk dalam pengembangan teknologi supersoniknya. Namun, pesawat ini kalah pamornya ketimbang Concorde. Jalur udara pesawat ini terhubung dari Moskwa ke seluruh dunia termasuk Eropa, Jepang, dan Kuba.
Pada 1977, beberapa sumber menyatakan bahwa Uni Soviet meminta bantuan negara Barat untuk membantu mereka dengan sistem manajemen mesin dan BAC-Aerospatiale untuk bantuan dalam mendesain pipa udara udara pada Tupolev Tu-144.

Kemudian, pada 1978, mereka meminta lebih banyak lagi informasi mengenai teknologi Concorde seperti peralatan pemadam kebakaran hingga berbagai peralatan canggih.
Akan tetapi, Pemerintah Inggris justru memveto permintaan ini, karena teknologi itu dapat digunakan dalam pesawat militer dan dianggap berbahaya.

Selanjutnya, karena keterbatasan teknologi, mengingat bantuan teknologi Concorde yang diajukan oleh Uni Soviet ditolak mentah-mentah, pesawat yang dijuluki Konkordski atau Concordski (Concorde dari Rusia) tersebut kemudian dalam perjalannya mengalami beberapa masalah serius yang tak terpecahkan.
Perlahan tapi pasti, ketakutan terhadap pesawat fenomenal tersebut mulai membesar hingga dunia internasional mulai kehilangan kepercayaan kepada pesawat mahakarya Uni Soviet tersebut.

Karena masalah yang teramat besar dan beberapa kali berujung pada kecelakaan, terutama kecelakaan di ajang Paris Air Show 1973, menewaskan enam orang di pesawat dan delapan orang penonton, Tupolev Tu-144 pun harus mengakhiri karir mengangkut penumpang setelah hanya beberapa tahun mengudara (1978).
Baca juga: Eksklusif: Foto Kabin Penumpang Concorde Saat Ngebut Secepat Kilat Menuju New York
Pesawat supersonik pertama di dunia yang berhasil diproduksi 16 unit (dimiliki oleh Aeroflot dan masing-masing satu oleh Kemenhub Rusia dan NASA) itu akhirnya benar-benar resmi masuk ingatan dunia penerbangan internasional dengan resmi pensiun pada 1990 setelah membawa kargo. Karirnya yang lebih cepat dua bulan harus dibalas dengan tragis, lebih cepat empat tahun untuk pensiun ketimbang Concorde.
Saat ini, United Aircraft Corporation (UAC) Rusia sedang menggarap proyek pembuatan pesawat supersonik penggati Tupolev. Kita tunggu saja, kapan itu akan terwujud, mengingat perusahaan AS beberapa di antaranya juga sedang mengembangkan pesawat supersonik, salah satunya Boom Supersonic.