Pada hari ini, 19 tahun lalu, bertepatan dengan 18 Januari 2005, pesawat komersial terbesar di dunia Airbus A380 resmi diluncurkan ke publik untuk pertama kalinya di Toulouse, Perancis. Airbus total menghabiskan biaya sebesar Rp163 triliun untuk mengembangkan pesawat dengan lebar sayap 80 meter dan tinggi setara tujuh lantai tersebut.
Baca juga: Hari ini, 16 Tahun Lalu, Airbus A380 Sukses Terbang Perdana
Dilansir The Guardian, saat peluncuran Airbus A380, dihadapan sekitar 5.000 tamu, Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, memuji A380 sebagai pesawat yang paling menarik di dunia. Ia juga menyebut pesawat itu menandai “tingkat kerja sama antar negara yang belum pernah terjadi sebelumnya”, dan akan “mengubah cara kita bepergian”.
Tak lupa, ia juga memuji pesawat yang mampu menampung lebih dari 550 penumpang itu sebagai pesawat yang ramah lingkungan karena sejak awal pengembangannya sebisa mungkin meminimalisir dampaknya terhadap lingkungan.
Sementara itu, Presiden Perancis, Jacques Chirac, bahwa Airbus A380 adalah “Penerbangan yang sesungguhnya” dan debutnya di jagat penerbangan global didedikasikan untuk semua berikut seluruh perasaan dan kebanggan.
Disebutkan, komponen pesawat raksasa ini tidak berasal dari satu tempat saja, melainkan dari berbagai negara di dunia, walaupun Final Assembly Line (FAL) pesawat double deck ini dilakukan di pabrik Jean-Luc Lagardere, Toulouse, Perancis.
Sayap megajet ini dibuat di Broughton, Wales; Bagian badan pesawat (Fuselage Section) berasal dari Hamburg, Jerman dan Saint-Nazaire, Perancis; Horizontal Tail Plane dibuat di Cadiz, Spanyol; Dan Vertical Tail Fin juga diproduksi di Hamburg.
Baca juga: Airbus A380 Emirates Nyaris ‘Tabrak’ Pramugari di Atas Burj Khalifa
Setelah semua bagian selesai dibuat dan siap disatukan, partikel-partikel tersebut akan dikirimkan melalui tiga jalur, darat, laut, dan udara. Untuk menghindari kecurangan dan kerusakan yang terjadi selama masa pengiriman, proses loading menuju pabrik di Jean-Luc Lagardere diawasi dengan sangat ketat oleh Arnaud Cazeneuve, Oversize Surface Transportation Manager untuk Airbus.
Dari mulai komponen terkecil seperti baut, hingga bangku pesawat dan mesin, diperkirakan Airbus A380 terdiri dari empat juta komponen yang diproduksi oleh 1.500 perusahaan dari 30 negara di seluruh dunia.
Airbus mengaku menghabiskan biaya sebesar Rp163 triliun untuk mengembangkan pesawat A380. Karenanya, perusahaan memperkirakan bisa balik modal setelah mencapai 250 penjualan pesawat dalam tiga tahun pertama. Secara keseluruhan, CEO Airbus, Noel Forgeard, menargetkan penjualan sebanyak 750 pesawat.
Namun, pengamat pesimis dengan target penjualan Airbus. Sebab, dengan bobot dan bodinya yang superjumbo, tak semua bandara siap melayani A380. Karenanya, beberapa maskapai menahan pembelian pesawat tersebut, salah satunya seperti Virgin Atlantic, yang menunda pemesanan enam pesawat A380 sampai tahun 2008.
Setelah diluncurkan, Airbus A380 akan melakukan penerbangan perdana sebelum bulan Maret dan mulai memasuki layanan komersial bersama Singapore Airlines tahun depan.
Baca juga: Orang Berpengaruh di Airbus Sebut (Dibohongi Soal) Mesin Jadi Sebab Kegagalan A380
Belasan tahun berselang, tepatnya pada Februari 2019, Airbus mengumumkan menyetop produksi A380 dengan angka penjualan akhir diperkirakan mencapai 242 unit, sedikit dari target minimum penjualan untuk mencapai break even di angka 250 unit pesawat.
Selain itu, Airbus juga banyak mendapat hal-hal di luar ekspektasi terkait A380, seperti target penerbangan perdana pada bulan Februari menjadi 27 April 2005, tahun layanan komersial yang meleset dari semula di 2006 menjadi 25 Oktober 2007, dan angka penjualan akhir dari semula ditargetkan 750 unit menjadi hanya 242 unit, membuat Airbus mengalami kerugian besar.