Anda pernah mengunjungi Negeri Sakura, Jepang? Bagi yang sudah, mungkin Anda pernah merasakan fase kesulitan komunikasi dengan warga asli sana yang disinyalir tidak banyak yang mahir berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Ya, kendati maju di segala aspek, terutama sektor perkeretaapiannya, namun jargon Jepang sebagai “negara sombong” dilatarbelakangi oleh faktor sejarah.
Baca juga: Bandara Dubai Gunakan Bahasa ‘Jawa Halus’ Untuk Pemeberitahuan Penerbangan
Ternyata, keterbatasan warga Jepang dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris terjadi sejak masa isolasi dari dunia luar yang diberlakukan pada periode Edo (tahun 1868). Pada kala itu, orang Jepang dilarang bepergian ke luar negeri, pun dengan orang asing yang juga dilarang untuk masuk ke Jepang. Akhirnya aturan isolasi tersebut dihapuskan saat restorasi Meiji atau yang diketahui sebagai titik tolak modernisasi di Jepang.
Nah, dilandaskan pada kasus tersebut, perkeretaapian Jepang menelurkan sebuah kebijakan yang disebut “Easy Japanese”. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman mainichi.jp (4/6/2018), penggunaan Bahasa Jepang versi mudah ini ditujukan agar operator kereta dapat menyampaikan informasi seputar perjalanan kepada warga asing yang kebetulan menggunakan jasa kereta api di sana.
Karena kebanyakan orang Jepang sendiri sulit untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, maka mereka menciptakan sebuah rangkaian kosakata dalam bentuk sederhana dan ‘memaksa’ orang asing yang mendengarrnya untuk paham apa yang dimaksud. Tentu saja, apa yang disampaikan dalam pengumuman menggunakan Easy Japanese merupakan informasi dasar tentang perjalanan kereta, seperti “Stasiun selanjutnya adalah stasiun …”, “Pintu yang akan terbuka berada di sebelah kiri arah kereta,”, dan lain sebagainya.
Namun, diantara semua informasi yang disampaikan menggunakan Easy Japanese, satu yang agak sulit dimengerti adalah pengumuman soal insiden. Secara mengejutkan, sebuah survei menyebutkan bahwa hal yang paling ingin didengar oleh wisatawan mancanegara adalah tentang penyebab keterlambatan pemberangkatan kereta, entah itu karena bencana alam atau sebuah kecelakaan.
Dalam sebuah contoh yang dicantumkan di laman sumber, terdapat sebuah pengumuman yang cukup panjang yang didengar oleh tiga wisatawan mancanegara. “Telah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan penumpang mengalami cidera di Stasiun A. Jalur Keihin Tohoku telah kembali beroperasi setelah pemeriksaan keamanan, namun pengoperasian masih tertunda,”
Ketiganya mengetahui bahwa ada kecelakaan yang mengakibatkan salah seorang penumpang mengalami cidera, namun hanya dua diantara mereka yang dapat menangkap bahwa pengoperasian keretanya masih mengalami penundaan. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa walaupun pengumuman diserukan dalam bahasa Jepang, namun Anda sebagai pendatang tidak perlu takut akan buta informasi. Selain penggunaan Easy Japanese, kecanggihan informasi dapat memudahkan segalanya.
Baca Juga: Operator Taksi Jepang Buka Lowongan Jadi Pengemudi Asing, Tertarik?
Diketahui, konsep Easy Japanese ini dirancang oleh sekelompok peneliti dari Hirosaki University yang dipimpin oleh Kazuyuki Sato. Adapun kesulitan menyampaikan informasi evakuasi kepada wisatawan mancanegara ketika Gempa Bumi Besar Hanshin Awaji di tahun 1995 yang menjadi latar belakang Kazuyuki Sato menciptakan Easy Japanese.
Bagi Anda yang penasaran dengan pengumuman menggunakan Easy Japanese, Anda bisa mendengarkannya di layanan Metro Jepang, salah satunya adalah layanan Kereta Peluru Shinkansen.