Membahas Pangandaran di Jawa Barat seperti tak kehabisan cerita, beragam hal unik bisa didapat melalui pantai, bandara, hingga pemandangan menarik lainnya yang tersebar di wilayah Pantai Selatan Jawa ini. Apalagi jika membahas tentang jalur kereta apinya yang dulu sempat berjaya dan kini mati serta hanya tersisa terowongan hingga jembatannya saja.
Baca juga: Hanya Cerita yang Tersisa dari Terowongan KA Wilhelmina di Pangandaran
KabarPenumpang.com kemudian menelusuri jejak perkeretaapian di Pangandaran ini dan menemukan ada tiga terowongan kereta api. Salah satunya yang pernah dibahasa adalah Wilhelmina terowongan kereta terpanjang di Indonesia. Kemudian terowongan Juliana dan terowongan Hendrik yang dimana terowongan-terowongan ini semua menembus bukit kapur di bawah desa Empak dan Bagolo di kecamatan Kalipucang, kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Kali ini yang akan dibahas tentang salah satu dari ketiga terowongan tersebut yakni terowongan Hendrik. Terowongan ini letaknya di desa Pamotan, Pangandaran. Nama terowongan ini sendiri diambil dari nama suami ratu Wilhelmina yakni Duke Heinrich Wladimir Albrecht Ernst of Mecklenburg-Schwerin.
Hendrik diketahui menjadi Pangeran Belanda tahun 1901-1934. Terowongan ini juga dikenal dengan nama terowongan Cikacepit oleh warga sekitar karena posisinya diapit oleh dua bukit. Terowongan ini sendiri berada di jalur kereta Banjar-Cijulang yang mengangkut hasil pertanian melimpah di Priangan tenggara dan lembah Parigi.
Mungkin jika dibandingkan dengan terowongan Wilhelmina, terowongan Hendrik tak ada apa-apanya. Bahkan panjangnya hanya 105 meter dan jauh berbeda dari terowongan Wilhelmina yang memiliki panjang lebih dari satu kilometer.
Terowongan Hendrik sendiri diketahui menjadi terowongan kereta api terpendek yang ada di Indonesia. Namun, meski jaraknya pendek, setelah terowongan Hendrik, ada jembatan kereta Cikacepit yang menawarkan pemandangan indah.
Baca juga: 10 Terowongan Kereta Terpanjang di Indonesia, Ada Dimana Saja Ya?
Untuk mencapai ke terowongan terpendek ini, tak jauh karena terletak dekat jalan raya. Kini keberadaannya digunakan warga sebagai jalan pintas baik mobil, motor bahkan truk pun sering melalui terowongan ini.
Meski tak lagi terlihat bekas rel di dalamnya, tetapi terowongan ini masih berdiri kokoh hingga kini. Diketahui, pembangunan terowongan Hendrik bersamaan dengan dua terowongan lainnya yakni sekitar tahun 1913-1916 silam.