Gelaran balap kapal supercepat F1 Powerboat di Danau Toba, Indonesia, akhir pekan lalu mendorong terciptanya sejarah, dimana seaplane atau kapal apung pertama mendarat di danau di Indonesia. Menilik sejarah, pendaratan kapal apung atau kapal amfibi di Indonesia sebetulnya sudah sejak lama, yaitu sejak setelah Perang Dunia II (PD II). Sumber lain bahkan menyebut sebelum PD II. Adapun pesawat amfibi yang pertama yang mendarat di Indonesia adalah PBY Catalina.
Baca juga: Spesifikasi Cessna 172S Skyhawk SP, Seaplane Pertama yang Mendarat di Danau Indonesia
Dilansir dari berbagai sumber, PD II memicu pertempuran di banyak titik, salah satunya di Teluk Cenderawasih dan perairan di sekitar Biak, Papua. Ini adalah salah satu medan perang sekutu melawan Jepang di Pasifik. Hal ini bukan catatan sejarah belaka melainkan ada bangkai PBY Catalina di dasar laut perairan Biak.
Antara tahun 1941 sampai tahun 1944, baik sekutu yang dipimpin Amerika Serikat (AS) maupun Jepang melakukan banyak penerbangan intai. Mengingat medan perang yang mayoritas berupa perairan, baik Jepang maupun sekutu mengerahkan pesawat amfibi sebagai pesawat intai. Jepang mengerahkan pesawat amfibi Kawanishi H8K dan sekutu menggunakan pesawat amfibi PBY Catalina Flying Boat.
Hanya saja, pada pelaksanannya, Jepang disebut jarang mengerahkan pesawat amfibi Kawanishi H8K. Pesawat itu acap digunakan sebagai pengebom. Tak heran, PBY Catalina Flying Boat disebut-sebut sebagai pesawat amfibi pertama yang mendarat di Indonesia.
PBY Catalina pertama kali diproduksi pada tahun 1930an oleh perusahaan Consolidated Aircraft dan American Aircraft Manufactures, didahulu dengan dua prototipe; XP3Y-1 dan XPBY-1.
Dalam perjalanannya, pabrikan meluncurkan banyak tipe sampai berjumlah puluhan. Tak diketahui pasti pesawat amfibi tipe mana yang mendarat pertama kali di Indonesia selama masa PD II.
Namun, pasca PD II, Indonesia diketahui memiliki pesawat amfibi legendaris itu melalui TNI-AU dengan varian PBY-5A Catalina.
PB sendiri diartikan sebagai Patrol Bomber, tak lain karena Catalina mampu menggotong ranjau laut, aneka bom, torpedo dan senapan mesin kaliber 50 milimeter. Kiprah Catalina demikian dominan pada era Perang Dunia II. Dengan ruang kokpit dan jendela yang serba luas, Catalina menjadi pesawat intai favorit banyak negara, termasuk juga kemudian digunakan Indonesia pada periode tahun 1950-an.
Dengan kemampuan amfibi, seperti dikutip dari Indomiliter.com, Catalina juga banyak berjasa untuk misi SAR (search and rescue) tempur di laut lepas. Pun hingga saat ini Catalina masih digunakan secara terbatas di beberapa negara untuk keperluan pemadam kebakaran hutan.
Baca juga: Inilah 7 Pesawat Amfibi Terbaik, Nomor Tiga Bisa ‘Minum’ Avtur atau Bensin
PBY-5A Catalina masuk ke lingkungan TNI-AU sebagai buah dari realisasi konfrensi Meja Bundar tahun 1949. Dari hasil konfrensi tersebut, Indonesia mendapat limpahan beberapa perangkat militer tempur dari Belanda, diantaranya adalah delapan unit Catalina bekas pakai Angkatan Udara Hindia Belanda.
Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, pesawat amfibi tersebut kerap digunakan dalam berbagai kunjungan kerja di Nusantara. Salah satunya ke Gorontalo pada tahun 1951.