Jepang telah melarang penumpangnya membawa pisau yang tidak terbungkus rapi (dalam kemasan) untuk masuk ke dalam kereta, padahal pisau merupakan salah satu buah tangan populer. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Transportasi Jepang pada Jumat (20/7/2018) kemarin.
Baca juga: Inilah Alasan Perkeretaapian Jepang Lebih Menggunakan Easy Japanese Ketimbang Bahasa Inggris
Adanya pelarangan tersebut sebagai langkah-langkah dalam keamanan baru karena penyerangan fatal belum lama ini terjadi di dalam kereta peluru. Dengan pelarangan dan langkah-langkah pencegahan yang baru, memungkinkan staf dan kondektur stasiun bisa mengusir paksa penumpang yang ketahuan membawa pisau tak terbungkus dalam kereta.
KabarPenumpang.com melansir dari laman bangkokpost.com (20/7/2018), bahwa dalam pelarangan ini tidak akan ada pemeriksaan bagasi yang akan dilakukan staff maupun pihak keamanan. Sebab dengan adanya pemeriksaan bagasi tersebut akan membutuhkan ruang ekstra dan menghambat kelancaran proses boarding penumpang.
“Kami menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan jelang Olimpiade Tokyo dan Paralimpiade pada 2020 mendatang,” ujar Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang Keiichi Ishii.
Tak hanya itu, dalam proposal yang diajukan pihak kereta api ke kementerian, mengusulkan agar adanya penggunaan perisai pelindung, rompi anti penusukan dan gas air mata untuk mempersenjatai staff. Pihak kereta api Jepang juga mempertimbangkan menggunakan ponsel pintar dan tablet untuk berbagi gambar kamera keamanan di dalam kereta.
Dengan usulan ini, pihak kementerian kemudian mempertimbangkan langkah untuk memperkuat kemanan setelah adanya insiden pada 9 Juli 2018 kemarin saat seorang pria berkumis berusia sekitar 20-an mengamuk dan membawa pisau saat berada di kereta peluru Nozomi dari Tokyo ke Stasiun Shin-Osaka.
Baca juga: Inilah Alasan Perkeretaapian Jepang Lebih Menggunakan Easy Japanese Ketimbang Bahasa Inggris
Penyerangan tersebut menewaskan seorang pria berusia 38 tahun yang mencoba menghentikannya dan juga melukai dua orang wanita berusia 20-an. Insiden ini terjadi setelah seorang pria lansia pada 2017 lalu di dalam kereta peluru membakar diri yang ikut menewaskan seorang penumpang lainnya.
Hingga akhirnya membuat perdebatan tentang menyeimbangkan kenyamanan dan keselamatan penumpang kereta. Sejak insiden tersebut, operator kereta peluru meningkatkan jumlah penjaga keamanan dan patroli dalam kereta serta memberikan pelatihan bagi kru dan staf kantor untuk menanggapi situasi darurat.