Dilandaskan pada rekomendasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengenai penggunaan bahan bakar biodiesel 20 persen (B20), maka melalui Humas PT KAI Agus Komarudin, BUMN yang tengah naik daun ini akan mengikuti rekomendasi dari Kementerian ESDM tersebut. Menurut Agus, PT KAI mulai menggunakan B20 pada pengoperasiannya tertanggal 1 September 2018 kemarin.
Baca Juga: Ketika Mobil Mogok di Atas Rel Kereta, Inilah Solusi Mengatasinya
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman Tempo.co (5/9/2018), adapun rekomendasi yang dianjurkan tersebut dilakukan setelah Kementerian ESDM menyelesaikan serangkaian uji coba penggunaan B20 pada jenis lokomotif Progress Pail (EMD) dan General Electric (GE) milik PT KAI.
“KAI mendukung program pemerintah dalam penggunaan B20 pada setiap operasi kereta api dan pendukungnya,” kata Agus. Secara tidak langsung, PT KAI telah membantu pemerintah untuk menghemat devisa karena kuota impor BBM berkurang.
Kedua ‘kelinci percobaan’ ini biasa digunakan PT KAI untuk menarik kereta batu bara rangkaian panjang (babaranjang). “Dipilihnya kereta babaranjang pada kajian ini dengan berbagai pertimbangan beban mesin pada lokomotif menarik babaranjang ini merupakan salah satu lokomotif dengan beban terberat dibandingkan lokomotif lain yang dimiliki P T KAI,” ungkap Ketua Tim Kajian Rail Test B20, Dadan Kusdiana.
Adapun uji coba penggunaan B20 ini berlangsung di Dipo Lokomotif Tanjung Karang, Bandar Lampung pada Selasa (14/8/2018) kemarin. “Jadi sampai saat ini tidak ada maslah dengan penggunaan B20 bagi operasional kereta api seperti halnya pada uji coba sebelumnya,” tandas Agus.
Dilansir dari laman sumber lain, PT KAI telah melakukan mandatori bahan bakar nabati secara bertahap, mulai dari pencampuran 5 persen atau B5 – dan sejak tahun 2016 silam, pencampuran bahan bakar diesel dengan bahan bakar nabati ini sudah ditingkatkan menjadi 20 persen atau B20.
Baca Juga: India Luncurkan Kereta Bertenaga Panel Surya
Agus menambahkan, hingga saat ini PT KAI mengoperasikan 486 unit Lokomotif dan 256 unit kereta pembangkit dengan konsumsi bahan bakar realisasi 220,1 juta liter per tahun pada tahun 2017 kemarin. Sedangkan untuk tahun 2018, realisasi sampai dengan Juni 2018 atau semester I 2018 adalah 114 juta liter – atau setengah dari kuota yang diberikan yaitu 280 juta liter.
“PT KAI intinya siap penggunaan ini (B20) untuk lokomotif dan genset,” ujar Agus pada kesempatan terpisah.