Friday, April 26, 2024
HomeHot NewsMengenal Roman Protasevich, Jurnalis yang Jadi Alasan Pesawat Ryanair ‘Dibajak’ Belarusia

Mengenal Roman Protasevich, Jurnalis yang Jadi Alasan Pesawat Ryanair ‘Dibajak’ Belarusia

Roman Protasevich menjadi satu-satunya dari 171 penumpang (termasuk dirinya) yang menjadi alasan dicegatnya pesawat Boeing 737 Ryanair rute Athena (Yunani) – Vilnius (Lithuania). Siapa sebetulnya Protasevich sampai sebegitu berbahayanya bagi rezim petahana Alexander Lukashenko, yang notabene sudah berkuasa sejak 1994?

Baca juga: Dikawal Jet Tempur, Pesawat Ryanair Dipaksa Mendarat Darurat Demi Tangkap Jurnalis

Beberapa hari lalu, penerbangan FR4978 maskapai Ryanair ‘dibajak’ oleh Pemerintah Belarusia dengan dalih adanya ancaman bom. Padahal, saat itu, pesawat sudah berjarak lima menit ke bandara tujuan dan anehnya ATC Bandara Minsk, yang memandu pesawat tersebut sebelum meninggalkan ruang udara Belarusia, meminta untuk mendarat di sana.

Sudah begitu, otoritas setempat sampai mengirim jet tempur MiG-29 untuk mengawal penerbangan. Alhasil, pilot tak bisa berbuat banyak.

Setelah pesawat mendarat di Minsk dan dilakukan penggeledahan, tak ditemukan satupun bom atau benda mencurigakan lainnya. Pihak keamanan justru menangkap seorang penumpang yang diketahui ialah Roman Protasevich.

Menurut kesaksian sejumlah penumpang dalam penerbangan tersebut, ketika mengetahui pesawat yang ditumpanginya dikawal jet tempur dan dipaksa mendarat di Minsk, Protasevich sudah terlihat gelagat tak nyaman.

Itu terus terlihat jelas sampai pesawat mendarat dan petugas masuk ke dalam pesawat. Sampai di sini, ia cukup terkejut dan memberikan laptop ke penumpang di sebelah yang diketahui sebagai partnernya. Protasevich, dengan wajah ketakutan, dengan pasrah menuruti perintah petugas untuk ikut bersamanya.

Dilansir The New York Times, Roman Protasevich, 26 tahun, memang begitu penting untuk ditangkap rezim Aleksandr G. Lukashenko, yang dicap sebagai ‘diktator terakhir Eropa’ dan belakangan juga dicap sebagai ‘teroris internasional’ oleh Barat.

Sejak masih menjadi mahasiswa, Protasevich sudah lancang melontarkan kritikan pedas ke Lukashenko. Puncaknya, pada 2011, ia dikeluarkan dari Universitas Negeri Belarusia akibat keterlibatannya pada aksi protes besar-besaran ketika itu.

Sejak saat itu, ia makin vokal mengkritik pemerintah melalui berbagai paltform, salah satunya Telegram. Di Telegram, ia menjadi salah satu pendiri dan mantan editor NEXTA Live, penyedia berita yang fokus terkait isu-isu terkini di Belarusia.

Sadar jiwanya terancam, pada tahun 2019 ia melarikan diri ke Lituania (Lithuania) dan hidup nyaman di sana. Tetapi, peran dan pengaruhnya lewat NEXTA Live masih cukup besar. Pada demonstrasi besar-besaran tahun 2020 lalu, ia dituduh sebagai salah satu dalang bersama pemimpin oposisi yang juga mantan calon presiden, Svetlana Tikhanovskaya.

Setelah itu, media-media mainstream seluruhnya dibredel, kecuali NEXTA Live yang bertahan di saluran Telegram. Platform media sosial itu dikenal memang sulit untuk diintervensi.

Pada hari dimana Protasevich ditangkap, ia baru saja menghadiri konferensi ekonomi di Yunani bersama Svetlana Tikhanovskaya. Ia kemudian hendak kembali ke Vilnius sebelum akhirnya informasi dari intelijen, KGB, melaporkan bawah penerbangan Ryanair, yang notabene melewati ruang udara Belarusia, memuat Protasevich dan terjadilah apa yang terjadi.

Baca juga: Mantan Pramugari Kini Jadi Jurnalis Penerbangan

Mengingat Protasevich ialah buronan besar Belarusia yang dituduh sebagai teroris dan pembangkang, saat ini ia dihadapi dengan ancaman hukuman mati atau penjara paling cepat di atas 12 tahun.

Terbaru, sebuah video yang diunggah NEXTA Live, menunjukkan, Protasevich mengaku dipukuli selama proses interogasi. Secara fisik, terlihat juga banyak memar di wajahnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru