Jika dihitung sejak penerbangan perdananya pada 20 Desember 1957, maka pesawat narrow body jarak jauh Boeing 707 saat ini telah berusia 68 tahun. Lantaran dirancang dari airframe yang telah berusia lanjut, saat ini sudah tidak ada, atau mungkin sangat jarang pesawat dengan empat mesin jet ini beroperasi untuk tujuan komersial. Meski begitu, platform Boeing 707 masih terus digunakan di lingkup Angkatan Udara AS (USAF).
Nah, yang menjadi pertanyaan, mengapa desain dasar Boeing 707 masih awet dan lestari diadaptasi sampai saat ini?
Meskipun Boeing 707 sudah lama pensiun dari layanan komersial, Angkatan Udara AS dan militer AS pada umumnya masih mengoperasikan varian militer dari platform ini. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan ini semakin berkurang seiring dengan rencana penggantian armada yang lebih modern.
E-6 Mercury
Meskipun Boeing 707 sudah lama pensiun dari layanan komersial, Angkatan Udara AS (USAF) dan militer AS pada umumnya masih mengoperasikan varian militer dari platform ini. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan ini semakin berkurang seiring dengan rencana penggantian armada yang lebih modern.
Berikut adalah alasan mengapa pesawat berbasis Boeing 707 (dan varian sejenisnya) masih digunakan oleh militer AS hingga saat ini:
1. Keandalan dan Ketahanan Airframe
Boeing 707 adalah salah satu pesawat jet pertama yang terbukti sangat andal dan kokoh. Desainnya yang kuat dan teruji membuatnya cocok untuk misi-misi khusus militer yang sering kali melibatkan beban berat dan jam terbang yang tinggi. Strukturnya memungkinkan modifikasi besar, seperti pemasangan kubah radar, tangki bahan bakar tambahan, atau peralatan komunikasi yang rumit, tanpa mengorbankan integritas struktural pesawat.
KC-135 Stratotanker2. Biaya dan Efisiensi Operasional (Secara Historis)
Dalam banyak kasus, lebih hemat biaya untuk memodifikasi dan memelihara pesawat yang sudah ada daripada mengembangkan dan membeli pesawat baru dari nol. Selama puluhan tahun, militer AS telah berinvestasi besar dalam perbaikan, peningkatan, dan modernisasi armada 707 mereka. Mesinnya telah diganti dengan turbofan yang lebih modern dan efisien, serta sistem avionik dan misi telah diperbarui. Hal ini membuat mereka terus berfungsi secara efektif.
3. Peran Misi Khusus yang Sulit Diganti
Pesawat-pesawat ini tidak digunakan untuk mengangkut penumpang, melainkan untuk peran-peran yang sangat spesifik dan penting, seperti:
AWACS (Airborne Warning and Control System), varian E-3 Sentry adalah contoh paling terkenal. Pesawat ini memiliki kubah radar besar di atasnya yang memberikan kemampuan pengawasan dan komando serta kontrol di udara. Kemampuan ini sangat vital untuk operasi militer skala besar.
Tanker Udara, varian KC-135 Stratotanker adalah varian yang paling banyak digunakan. Meskipun KC-135 dikembangkan dari prototipe Boeing 367-80 dan bukan dari 707 langsung, kedua platform ini sangat mirip dan berbagi banyak komponen, dan KC-135 telah menjadi tulang punggung pengisian bahan bakar udara AS selama beberapa dekade. Meskipun KC-46 Pegasus sedang menggantikannya, proses ini berjalan lambat.
Komando dan Komunikasi Strategis, varian E-6 Mercury digunakan oleh Angkatan Laut AS untuk menjaga komunikasi dengan kapal selam rudal balistik, memastikan adanya “rantai komando” yang tidak terputus.
RC-135 Rivet Joint, merupakan varian pesawat intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) yang sangat canggih. Tujuannya bukan untuk mengangkut barang atau orang, melainkan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi intelijen elektronik secara real-time kepada para komandan dan pasukan di lapangan.
RC-135 Rivet Joint,4. Tidak Adanya Kebutuhan Mendesak untuk Penggantian Cepat
Meskipun teknologinya sudah tua, pesawat-pesawat ini masih menjalankan misinya dengan baik berkat pembaruan yang terus-menerus. Selain itu, mengembangkan pesawat baru untuk peran-peran khusus ini membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. Contohnya, E-3 Sentry yang sudah tua memang sedang dipertimbangkan untuk digantikan oleh E-7 Wedgetail (berbasis Boeing 737), tetapi proses ini masih dalam tahap perencanaan dan pengadaan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Namun, perlu diketahui, penggunaan platform Boeing 707 semakin menurun. USAF secara aktif bekerja untuk menggantikan pesawat-pesawat ini dengan platform yang lebih modern dan hemat bahan bakar. Varian E-3 Sentry, E-6 Mercury, dan KC-135 semuanya memiliki rencana penggantian yang sedang berlangsung, meskipun prosesnya berjalan lambat karena tantangan anggaran dan teknis.
Jadi, meskipun “masih banyak digunakan”, penggunaannya terbatas pada peran-peran khusus yang telah dimodifikasi dan diperbarui secara ekstensif, dan keberadaannya adalah cerminan dari biaya besar untuk menggantikan mereka serta keandalan yang telah terbukti dari desain dasarnya.
Upaya sebuah kota pelabuhan di Korea Selatan untuk membangun landmark yang menarik pengunjung menuai kecaman publik. Para kritikus menyebut menara observasi “Big Tree” senilai 34,4 miliar won (S$31,8 juta – US$ 25 juta) sebagai kekecewaan yang mahal.
Big Tree, yang menjulang setinggi 46,5 meter di Changwon, Korea Selatan bagian tenggara, terinspirasi oleh Supertrees yang menjulang tinggi di Gardens by the Bay, Singapura.
Teater ini dirancang untuk menjadi jangkar Taman Daesang, sebuah proyek pengembangan kemitraan publik-swasta senilai sekitar 1 triliun won, dan untuk menarik pengunjung domestik maupun internasional.
Menara ini menawarkan pemandangan 360 derajat Pelabuhan Masan, Pulau Dotseom, dan Gunung Muhaksan. Namun, seperti yang dilaporkan media lokal dan komentar publik baru-baru ini, proporsinya yang pendek, dedaunan buatan yang jarang, dan patung-patung hewan hias yang tidak serasi telah membuat banyak penduduk kecewa.
Changwon, yang dihuni lebih dari satu juta orang, merupakan pusat industri dan pelayaran di dekat ujung tenggara Semenanjung Korea.
Kota ini menjadi “kota khusus” pada tahun 2022 di bawah hukum Korea Selatan, yang memberinya otonomi tambahan atas proyek-proyek pembangunan.
Pejabat kota mempromosikan Big Tree sebagai objek wisata khas yang dapat membantu meringankan masalah pariwisata Korea Selatan yang telah lama terpusat di Seoul.
Menurut Institut Kebudayaan dan Pariwisata Korea, 78 persen wisatawan asing pada tahun 2024 menghabiskan waktu di ibu kota, dibandingkan dengan hanya 16,5 persen di Busan, 11,2 persen di Provinsi Gyeonggi, dan 10,9 persen di Pulau Jeju.
Ketika bus antarkota antarporvinsi (AKAP) kehilangan musik dan siaran televisi karena royalti, apakah penumpangnya akan menurun atau tetap dan bahkan melonjak alias meningkat? Ternyata ini menghadirkan berbagai sikap pernyataan dari pengguna setia bus AKAP.
Dari catatan KabarPenumpang.com, hasilnya adalah pro dan kontra. Sehingga ada penumpang yang tidak masalah dengan tidak adanya lagu atau musik yang diputar, ada pula yang kehilangan hiburan di dalam bus.
Tama pelanggan setia bus AKAP yang berasal dari Bali mengaku, dirinya tidak masalah jika lagu tidak diputar di dalam bus. Dia mengatakan, masih ada Spotify atau Youtube dan platform musik lainnya yang bisa didengar sendiri melalaui ponsel pintar.
“Kalau saya sih tidak masalah ya. Soalnya kan saya juga lebih sering dengar dari Spotify meski nggak berbayar alias gratis. Banyak iklan juga nggak apa-apa, yang penting bisa puas denger musik,” kata dia kepada KabarPenumpang.com.
Tama juga menyebutkan, bahwa selera musik setiap penumpang pastinya berbeda.
“Orang kan suka lagu beda-beda ya. Jadi banyak tuh yang dengerin musik di handphone mereka sendiri,” tambah Tama.
Meski begitu, dia cukup menyayangkan hilangnya musik dalam bus. Menurutnya, banyak juga orang tua yang tidak memiliki ponsel pintar menikmati kehadiran musik di dalam bus.
“Kasiannya ke orang-orang tua yang nggak pakai ponsel pintar ya. Mereka jadi sepi biasanya ada musik kan,” tuturnya.
Pelanggan setia lainnya, Kharis mengaku terbiasa menikmati musik di dalam bus AKAP ketika dirinya bepergian. Menurutnya, jika musik di bus terkena royalti, penumpang akan kehilangan atmosfer.
Dikatakan Kharis, perjalanan akan terasa lebih hening, monoton, dan kurang memiliki warna yang biasanya tercipta dari dentuman musik.
“Saya itu orangnya suka dengan musik di perjalanan, kalau sepi nggak ada musik nggak bisa sambal joget. Mana saya orangnya gampang mabuk, jadi dengan musik bisa mengatasi mabuk perjalanan saya,” ungkap Kharis.
Dia menambahkan, sebagai pecinta bus, pergeseran budaya popular dari ruang publik menuju konsumsi individual, memuat orang-orang akhirnya dihadapkan pada perangkat mereka masing-masing. Dalam hal ini ponsel pintar mereka untuk mencari hiburan.
Sudah tradisi. Ya, itulah kalimat yang memang sudah cocok untuk sebutan rangkaian kereta yang satu ini. Kereta yang rencana dikhususkan untuk masyarakat dengan aktivitas pedagang dan petani ini adalah terobosan baru dari PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) khususnya Balai Yasa Surabaya Gubeng.
Layanan Kereta khusus petani dan pedagang ini dihadirkan bukan hanya sebagai sarana transportasi hasil bumi, tetapi juga untuk melestarikan budaya kereta api yang menjadi denyut nadi ekonomi rakyat.
Kereta khusus ini dimodifikasi dengan mengurangi jumlah kursi dari 106 menjadi 73, pintu diperlebar, serta ruang tengah dibuat lebih lega untuk mengangkut hasil panen. Langkah tersebut merupakan wujud empati KAI terhadap tradisi pasar yang kini dikemas lebih modern.
Desainnya mengedepankan kemudahan akses dan ruang angkut lebih luas. Tempat duduk dipasang sejajar di sisi kiri dan kanan, sehingga ruang tengah lapang untuk hasil pertanian atau barang dagangan, sekaligus memudahkan pergerakan di dalam kereta.
Tapi tahukah kalian, bahwa tradisi kereta yang mengutamakan pedagang maupun petani memang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. KAI sendiri berinovasi untuk kembali menghidupkan tradisi lama kereta pasar yang pernah hadir sejak masa kolonial hingga era PJKA itu.
Dilansir dari berbagai sumber artikel sejarah menjelaskan bahwa kereta ini biasanya mereka membawa hasil bumi seperti pisang, ketela, cabai, jagung, hingga sayur-mayur, serta makanan tradisional seperti nasi uduk, pisang rebus, tape, hingga berbagai aneka kue.
Masyarakat membawa barang dagangan yang sedang menunggu kereta api di peron stasiun. (Foto: Dok. RRI)
Misalnya pada aktivitas petani dan pedagang menggunakan kereta dari wilayah Banten menuju Jakarta yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Para petani biasanya berangkat pukul 04.00 WIB dari Stasiun Rangkasbitung, singgah di sejumlah stasiun lain, lalu turun di Pasar Tanah Abang atau melanjutkan perjalanan ke stasiun lain menggunakan KRL.
Selama ini, rute Rangkasbitung–Tanah Abang menjadi jalur utama mobilitas petani dan pedagang. Namun, keterbatasan muncul karena jalur tersebut juga digunakan penumpang KRL Commuter Line. Selama ini, barang dagangan yang sudah dipersiapkan sejak dini hari harus diangkut dalam waktu singkat saat kereta berhenti hanya sekitar dua menit. Bahkan, sebagian petani dan pedagang memilih menginap di stasiun sejak tengah malam agar tidak tertinggal kereta pertama.
Dengan adanya kereta ini berharap bisa menjadi instrumen penting untuk menekan urbanisasi dan menggerakkan ekonomi desa. Dan kedepannya, konsep serupa bisa diperluas ke jalur kereta lain yang dulunya memiliki layanan kereta lokal, seperti Purwakarta–Kota, Wonogiri–Purwosari, Rancaekek–Bandung, hingga Sukabumi–Kota. Tidak selalu berupa kereta khusus, tetapi juga bisa digandengkan dengan kereta penumpang di lintasan non-KRL.
Masih ramai diperbincangkan soal usulan dibuat kereta khusus perokok ini menjadi sorotan penting bagi warganet di media sosial. Bagaimana tidak, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) sendiri sudah menempatkan area khusus perokok di lingkungan stasiun dengan posisi berada di ujung stasiun agar tak terkena terdampak dengan penumpang lainnya.
Bahkan tak semua stasiun menerapkan aturan merokok kepada penumpang kereta saat turun ataupun sekedar menunggu kereta di peron. Beberapa contoh yang bisa terlihat pada stasiun-stasiun yang disinggahi Kereta Rel Listrik (KRL) di wilayah Jabodetabek. Penerapan aturan merokok tersebut harus berada di luar stasiun.
Bahkan dengan adanya polemik tersebut hingga Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, menegaskan penolakannya terhadap wacana penyediaan gerbong khusus merokok di kereta api. Menurutnya, ide tersebut tidak sejalan dengan program prioritas pemerintah, terutama dalam sektor kesehatan.
Ilustrasi ruang laktasi di stasiun kereta api. (Foto: Dok. Istimewa)
Gibran menilai keberadaan gerbong merokok juga bertentangan dengan regulasi yang ada. Transportasi publik, termasuk kereta api, merupakan kawasan bebas rokok. Aturan tersebut sudah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024, hingga Surat Edaran Nomor 29 Tahun 2014 tentang larangan merokok di sarana angkutan umum.
Sebagai gantinya, Gibran mengusulkan agar PT Kereta Api Indonesia (KAI) mempertimbangkan penyediaan ruang laktasi di dalam kereta. Ia menilai fasilitas tersebut akan lebih bermanfaat dibanding gerbong merokok. Menurutnya, keberadaan ruang laktasi akan sangat membantu ibu yang bepergian bersama bayi atau balita. Selama ini, banyak penumpang perempuan merasa kesulitan untuk menyusui atau mengganti popok di perjalanan karena keterbatasan fasilitas.
Padahal aturan ketersediaan kereta khusus ibu, anak, dan ibu hamil maupun menyusui sudah ada dan diterapkan pada tahun 2010 lalu. Dimana dari rangkaian kereta api kelas kelas ekonomi yang diantaranya ada satu unit kereta dikhususkan untuk wanita, anak-anak, ibu hamil dan menyusui.
Namun, kereta tersebut tidak sesuai dengan rencana. Penumpang kereta api malah tak memperdulikan kereta khusus tersebut dan bercampur dengan penumpang lainnya termasuk laki-laki. Penerapan kereta tersebut pun tak bertahan lama sampai akhirnya dihilangkan alih-alih saat itu penumpang membludak gunakan kelas ekonomi.
Selain itu kereta khusus laktasi juga akan diterapkan di India. Nantinya akan memiliki proyek kereta cepat yang pertama di negara tersebut. Kereta cepat yang digadang-gadang bakal memiliki rangkaian kereta jenis E5 Shinkansen dan akan dimulai dalam waktu dekat ini juga akan memiliki sebuah ruangan spesial bagi ibu menyusui, ruangan dengan cermin triplet untuk menghias diri, dan toilet khusus yang dirancang untuk bayi bersamaan dengan kamar mandi terpisah untuk pria, wanita, dan penyandang disabilitas.
Kereta cepat jenis E5 Shinkansen juga dilengkapi toilet bayi yang secara khusus dirancang di dalam kamar ganti bayi dan terdiri dari toilet duduk bayi, meja untuk ganti popok, dan wastafel rendah untuk kebutuhan cuci tangan anak-anak. Di kereta cepat E5 Shinkansen juga terdapat ruang multifungsi yang bisa digunakan untuk menyusui dan penumpang sakit serta toilet bagi penumpang pengguna kursi roda.
Sebelumnya usulan kereta khusus perokok disampaikan anggota Komisi VI DPR, Nasim Khan. Hal ini disampaikannya saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Direktur Utama PT KAI, Bobby Rasyidin, beserta jajaran. Nasim beralasan keberadaan gerbong khusus perokok bisa menjadi solusi bagi penumpang yang merokok ketika harus menempuh perjalanan panjang.
Sebelun naik kereta api tentu calon penumpang diharuskan memiliki tiket yang sesuai dengan nama, tanggal dan jam keberangkatan. Maka dari itu petugas kereta api yang berjaga di pintu masuk harus mrmperlihatkan tiket dan kartu identitas yang sesuai saat keberangkatan. Inu berfungsi agar tidak ada kesalahan saat naik kereta api dan menghindari dari penumpang yang tidak bertiket.
Sistem tersebut memang sudah diterapkan dari beberapa tahun yang lalu demi kenyamanan bersama. Namun, penerapan pengecekan kartu identitas secara manual kadang dikeluhkan masyarakat karena sedikit memakan waktu dan hingga terjadi antrian. Apalagi jika dalam keadaan terdesak saat terlambat untuk melakukan boarding, tentu sangat merepotkan bukan? Maka dari itu PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) kini sudah menerapkan sistem pengenalan wajah atau Face Recognition.
Nah, Stasiun Gambir merupakan stasiun pertama yang menerapkan sistem Face Recognition sejak 1 September 2023. Fungsinya tentu bertujuan untuk mempermudah kebutuhan boarding penumpang dengan perjalanan kereta api jarak jauh. Bagi penumpang yang hendak menerapkan layanan ini dapat melakukan registrasi terlebih dahulu.
Penumpang boarding gunakan layanan Face Recognition di Stasiun Gambir. (Foto: Dok. KAI)
Mengutip dari situs resmi KAI, Face Recognition Boarding Gate adalah fasilitas layanan boarding pada area pemeriksaan tiket yang dilengkapi dengan kamera untuk mengidentifikasi dan memvalidasi identitas seseorang melalui pindai wajah yang datanya sudah diintegrasikan dengan data tiket milik penumpang yang ada pada sistem boarding KAI.
Syarat yang dibutuhkan untuk mendaftar layanan Face Recognition Boarding adalah hanya cukup dengan data Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lainnya yang masih berlaku dan foto diri atau selfie. Berikut langkah-langkahnya:
• Unduh aplikasi Access by KAI, atau update aplikasi KAI Access
• Lakukan masuk akun atau daftar akun terlebih dahulu
• Pilih menu ‘Akun’ lalu klik opsi ‘Registrasi Face Recognition’
• Isi data diri: Nama Lengkap, Nomor NIK, Tanggal Lahir dan Foto Diri
• Pastikan data diri sudah benar dan sesuai, lalu klik ‘Daftar Sekarang’
• Pendaftaran pendaftaran Face Recognition berhasil, proses selesai.
Penerapan sistem Face Recognition kini sudah meluas di beberapa stasiun kereta api di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebanyak 22 stasiun sudah gunakan sistem tersebut, untuk memudahkan para penumpang yang ingin gunakan kereta api dan tak perlu repot-repot menunjukkan kartu identitas kepada petugas yang berjaga di area boarding stasiun. Berikut daftar nama-nama stasiun yang sudah terapkan baording dengan Face Recognition:
1. Daop 1 Jakarta:
• Gambir
• Pasar Senen
• Bekasi.
2. Daop 2 Bandung:
• Bandung
• Kiaracondong.
3. Daop 3 Cirebon:
• Cirebon.
4. Daop 4 Semarang:
• Semarang Tawang
• Semarang Poncol
• Pekalongan
• Tegal.
5. Daop 5 Purwokerto:
• Purwokerto
• Kutoarjo.
6. Daop 6 Yogyakarta
• Yogyakarta
• Lempuyangan
• Solo Balapan.
7. Daop 7 Madiun:
• Madiun
• Blitar.
8. Daop 8 Surabaya:
• Surabaya Pasar Turi
• Surabaya Gubeng
• Malang.
9. Daop 9 Jember:
• Jember.
10. Divre 1 Sumatera Utara:
• Medan.
Penerapan Face Recognition Boarding Gate diharapkan semakin mempermudah dalam melakukan perjalanan, karena proses boarding akan jauh lebih cepat, praktis dan tidak memerlukan verifikasi berkas manual. Hal tersebut tentunya akan membuat lebih nyaman dalam menikmati seluruh proses perjalanan menggunakan kereta api.
Garuda Indonesia pada Jumat (22/8) meluncurkan official merchandise store offline pertama yang diberi nama Garuda Indonesia Experience Store. Berlokasi di Area Domestik Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia Experience Store menyediakan berbagai produk merchandise resmi Garuda Indonesia serta produk-produk hasil kolaborasi dengan mitra.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani mengungkapkan bahwa keberadaan Experience Store ini akan memudahkan pengguna jasa maskapai untuk mendapatkan berbagai produk merchandise unik dan khas Garuda Indonesia.
“Dengan pendekatan one-stop shopping, Garuda Indonesia Experience Store diharapkan dapat mempermudah dan melengkapi keperluan perjalanan para pelanggan setia maskapai ini. Kami juga berharap keberadaan berbagai merchandise di Experience Store ini memperkuat ikatan emosional dan pengalaman penuh kesan yang pelanggan nikmati selama terbang bersama Garuda Indonesia,” ungkap Wamildan.
Di tahap awal, Experience Store akan menyediakan sedikitnya 58 jenis merchandise eksklusif bertema Garuda Indonesia, meliputi berbagai produk seperti tumbler, kaos, jaket, notebook, topi, bantal, payung, selimut, dan sebagainya. Selain itu tersedia pula produk-produk bertemakan Sky Explorer, hasil kolaborasi Garuda Indonesia dan IP unggulan lokal Tahilalats, seperti lanyard, totebag, gantungan kunci, magnet kulkas, cover koper, miniatur pesawat, hingga boneka.
Experience Store sendiri merupakan toko penjualan merchandise resmi pertama yang dimiliki oleh Garuda Indonesia. Ke depannya, Experience Store akan dikembangkan secara bertahap di beberapa lokasi lain, termasuk di terminal keberangkatan internasional, kantor-kantor penjualan Garuda Indonesia, hingga online marketplace. Merchandise dari Experience Store juga akan tersedia platform penjualan dalam pesawat (sales on board) GarudaShop.
“Ke depannya, Garuda Indonesia akan terus menghadirkan lebih banyak lagi inovasi berupa produk-produk kreatif, yang tidak hanya memberi nilai tambah bagi pengguna jasa, tapi juga mendorong kemajuan brand lokal ekonomi kreatif nasional,” tutup Wamildan.
Empat puluh lima tahun lalu, dunia maritim dikejutkan oleh tenggelamnya kapal pesiar MS Prinsendam milik Holland America Line. Kapal yang diluncurkan Juli 1972 itu tenggelam di perairan Teluk Alaska pada 11 Oktober 1980, menjadi salah satu insiden pelayaran besar pada masanya.
Kebakaran di ruang mesin memicu malapetaka. Api yang cepat menyebar membuat nakhoda memutuskan untuk mengevakuasi seluruh penumpang. Saat itu, MS Prinsendam membawa lebih dari 500 orang, termasuk penumpang dan awak kapal.
Evakuasi besar-besaran dilakukan dengan bantuan Coast Guard Amerika Serikat, kapal dagang Soviet, serta kapal tanker yang kebetulan berada di jalur pelayaran. Berkat koordinasi internasional tersebut, seluruh penumpang berhasil diselamatkan—suatu keberhasilan yang jarang terjadi pada kecelakaan laut dengan skala besar.
Namun, beberapa hari setelah evakuasi, MS Prinsendam akhirnya tenggelam sepenuhnya di Laut Bering. Kapal sepanjang 164 meter itu pun resmi hilang dari lautan, menyisakan kisah dramatis tentang kerjasama lintas negara dalam penyelamatan maritim.
Meski namanya kemudian dipakai kembali oleh kapal lain pada 1988, bagi banyak pecinta sejarah pelayaran, MS Prinsendam (1973–1980) akan selalu dikenang sebagai kapal pesiar elegan yang berakhir tragis di dinginnya perairan Alaska.
Sejak awal, kapal yang dioperasikan oleh Holland America Line ini memang dirancang bukan untuk semua orang. Target utamanya adalah kalangan miliarder dan sosialita dari berbagai penjuru dunia, terutama Asia, yang ekonominya mulai menggeliat.
Prinsendam menawarkan pengalaman eksklusif. Mulai dari restoran mewah, pertunjukan di atas kapal, hingga kabin elegan bak hotel bintang lima. Namun kemewahan bukan satu-satunya daya tariknya. Prinsendam juga dibangun dengan standar keselamatan tinggi. Kapal ini dirancang tahan menghadapi cuaca ekstrem dan gelombang besar di lautan terbuka.
Struktur lambungnya diperkuat, sistem navigasi cukup modern untuk zamannya, dan protokol keamanannya dirancang agar tetap stabil bahkan dalam kondisi darurat. Prinsendam bukan hanya mewah, tapi juga tangguh.
Di Indonesia, gaung kemewahan Prinsendam sempat mampir. Menurut laporan Sinar Harapan (24 September 1978), kapal ini menawarkan pelayaran dari Singapura, Penang, Nias, lalu lanjut ke Indonesia Timur dalam rentang 5-9 hari.
Selama enam bulan pelayaran di perairan Indonesia, tiket harga selangit Prinsendam selalu ludes. Begitu pula tiket internasional yang membawa penumpang dari Indonesia menuju Amerika Serikat. Tentu, semua itu datang dengan harga yang tidak murah. Sekitar US$3-6 ribu.
Garuda Indonesia kembali menggelar Garuda Indonesia Online Travel Fair (GOTF) 2025, yang berlangsung pada 18–27 Agustus 2025 untuk periode perjalanan hingga 17 Agustus 2026. Program promo tiket tahunan ini hadir untuk memberikan kesempatan terbaik bagi para pelanggan dalam merencanakan perjalanan domestik maupun internasional dengan harga lebih hemat.
GOTF 2025 menghadirkan berbagai penawaran tiket terbaik di sejumlah rute populer, antara lain:
Penerbangan Domestik (pp)
Jakarta – Palembang mulai dari Rp1,1 juta
Halim Perdanakusuma – Denpasar mulai dari Rp1,6 juta
Jakarta – Pontianak mulai dari Rp1,6 juta
Jakarta – Palu mulai dari Rp2,2 juta
Jakarta – Labuan Bajo mulai dari Rp2,1 juta
Penerbangan Internasional (pp)
Jakarta – Hong Kong mulai dari Rp3,6 juta
Jakarta – Guangzhou mulai dari Rp3,7 juta
Jakarta – Tokyo (Haneda) mulai dari Rp4,6 juta
Jakarta – Bangkok mulai dari Rp4 juta
Jakarta – Seoul mulai dari Rp5,4 juta
Para calon pengguna jasa dapat memesan tiket promo GOTF melalui berbagai kanal pembelian, termasuk website garuda-indonesia.com, aplikasi FlyGaruda dengan menggunakan kode promo “GOTF”, Online Travel Agent (OTA), dan aplikasi Livin’ Sukha.
Pemegang Kartu Kredit Mandiri juga mendapatkan berbagai keuntungan tambahan, di antaranya:
Diskon ekstra hingga Rp3,5 juta
Cicilan 0% hingga 12 bulan
Diskon hingga Rp2,5 juta saat Flash Sale
Diskon hingga 30% untuk Prepaid Baggage
Diskon hingga 20% untuk Advance Seat
Welcome Bonus 1717 GarudaMiles bagi anggota baru GarudaMiles yang mendaftar selama periode GOTF
Program taksi air atau water taxi di Bali, kini didukung oleh PT ASDP Indonesia Ferry. Wakil Direktur Utama ASDP Yossianis Marciano mengatakan, dengan spirit melayani dan menghubungkan nusantara, ASDP ingin memastikan setiap inisiatif transportasi laut dapat memberikan nilai tambah bagi pariwisata Indonesia.
Dia juga menambahkan bahwwa ini bisa mendorong tumbuhnya lapangan kerja baru bagi masyarakat di destinasi.
“Keikutsertaan ASDP dalam kajian water taxi di Bali sebagai wujud nyata dukungan terhadap upaya pemerintah untuk membangun ekosistem transportasi maritim, yang mendorong pemerataan ekonomi,” kata Yossianis.
Menurutnya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Bali, memberikan dukungan penuh pada program taksi air ini.
“Kemenko IPW memegang peran koordinasi lintas sektor, Kementerian Perhubungan sebagai pengampu kebijakan transportasi, serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Bali yang berperan dalam integrasi daerah. Sinergi ini menjadi kunci dalam mempercepat lahirnya layanan transportasi laut yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata dia.
Yossianis menambahkan, dalam program ini pemerintah meminta ASDP dan InJourney Airports untuk menyusun kajian menyeluruh terkait rencana implementasi water taxi. Kajian tersebut mencakup aspek bisnis, sosial-budaya, hingga keberlanjutan, sehingga hasilnya diharapkan mampu memastikan manfaat optimal bagi masyarakat dan pariwisata Bali.
Layanan water taxi ini, menurut dia, berpotensi menjadi solusi strategis dalam mengurangi kepadatan lalu lintas darat di Bali. ASDP hadir mendukung program pemerintah dengan melakukan kajian komprehensif terkait layanan transportasi laut yang aman, modern, dan terintegrasi.
Pihaknya berharap hasil kajian ini dapat menjadi pijakan kuat untuk menghadirkan konektivitas wisata yang lebih lancar, sekaligus memberikan dampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat Bali. Dari sisi transportasi, dia mengatakan, kehadiran water taxi dapat memecah beban arus wisatawan, mengurangi kepadatan menuju bandara, serta memperluas akses perjalanan laut yang nyaman.
Dengan jalur transportasi yang lebih cepat dan nyaman, diharapkan akan meningkatkan belanja wisatawan sekaligus mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah di sektor pariwisata. VP Komersial PT ASDP Indonesia Ferry Rizki Dwianda menambahkan saat ini pihaknya bersama InJourney Airports sedang menyusun kajian bisnis dan sosial budaya untuk memastikan implementasi water taxi memberikan dampak positif yang optimal.
“Kajian ini penting agar setiap langkah yang diambil benar-benar memberikan manfaat maksimal, baik dalam penciptaan lapangan kerja, peluang usaha baru, maupun peningkatan pendapatan masyarakat lokal,” katanya.
Untuk diketahui, program pengoperasian taksi air sendiri sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah (Menko IPW) Agus Harimurti Yudhoyono.