Puing-puing antariksa yang jatuh kembali ke Bumi bisa menjadi masalah yang semakin besar bagi pesawat udara, demikian para peneliti memperingatkan dalam sebuah studi baru.
Para penulis studi, yang semuanya berafiliasi dengan Universitas British Columbia Kanada, mengatakan bahwa kemungkinan puing-puing (sampah) antariksa menabrak pesawat kecil, tetapi risikonya meningkat karena peningkatan jumlah masuknya kembali sampah antariksa dan frekuensi penerbangan. Studi ini difokuskan pada badan roket, yang menimbulkan risiko lebih besar karena ukurannya.
“Meskipun kemungkinan menabrak rendah, konsekuensinya bisa sangat dahsyat,” kata para peneliti dalam studi tersebut, yang diterbitkan dalam Scientific Reports. Studi ini dibangun berdasarkan karya para penulis yang dipresentasikan pada annual International Orbital Debris Conference.
Awas! Ratusan Juta Sampah Antariksa Siap Menghujam Indonesia, Setiap Pekan ada Dua
Para penulis studi bekerja untuk menentukan kemungkinan badan roket memasuki kembali wilayah udara. Mereka menemukan bahwa wilayah dengan kepadatan tinggi di sekitar bandara utama memiliki peluang 0,8% per tahun untuk terkena dampak masuk kembali yang tidak terkendali, tetapi di wilayah wilayah udara yang “lebih besar tetapi tetap sibuk” seperti yang ditemukan di Amerika Serikat bagian timur laut atau di sekitar kota-kota besar di Asia, risikonya meningkat menjadi 26%.
Jumlah serpihan di orbit Bumi rendah telah meningkat pesat, menempatkan satelit dan Stasiun Luar Angkasa Internasional dalam bahaya bertabrakan dengan serpihan sampah antariksa yang paling kecil sekalipun.
Risikonya hanya akan meningkat karena serpihan antariksa tetap berada di orbit. Objek yang dapat dilacak di orbit telah berlipat ganda dalam dekade terakhir. Jumlah penerbangan harian juga hampir berlipat ganda sejak tahun 2000. Masuk kembali dalam jumlah besar terjadi hampir setiap minggu, catat penulis studi.
“Lebih dari 2.300 badan roket sudah mengorbit dan pada akhirnya akan memasuki kembali atmosfer tanpa kendali,” demikian catatan penelitian tersebut. “Otoritas wilayah udara akan menghadapi tantangan masuk kembali atmosfer tanpa kendali selama beberapa dekade mendatang.”