Setelah meraih sertifikasi kelaikan udara dari Civil Aviation Administration (CAA) – Administrasi Penerbangan Sipil Cina, pesawat narrow body COMAC C919 penantang dominasi Airbus A320neo dan Boeing 737 Max, kini bersiap untuk mulai dipasarkan.
Namun, khusus untuk pemasaran di luar Cina, COMAC masih mendapatkan kendala, lantaran pesawat twin engine itu belum meraih sertifikasi dari lembaga berpengaruh seperti European Union Aviation Safety Agency (EASA) – Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa, dan US Federal Aviation Administration (FAA) – Administrasi Penerbangan Federal AS.
Sudah menjadi rahasia umum, bila sertifikasi dari FAA dan EASA akan sulit keluar, maklum ada tekanan politik dibalik sertifikasi tersebut. Namun, belum lama ini ada kabar, bahwa Nigeria rupanya memberi respon positif atas C919.
Dikutip dari simpleflying.com (3/9/2022), meskipun penyerahan C919 perdana kepada maskapai pemesan baru dilukan pada tahun 2023, yakni maskapai pertama pengguna adalah China Eastern, namun, maskapai nasional Nigeria (Nigeria Air) tidak mengesampingkan C919. Pernyataan tersebut diumumkan oleh Menteri Penerbangan Nigeria Haidi Sirika.
Nigeria Air tengah mengincar armada sekitar 30 pesawat pada tahun 2025, sebagian besar terdiri dari merek Boeing dan Airbus. Mamun, Sirika tetap berpikiran terbuka terhadap kemungkinan C919 yang baru saja disertifikasi dari Cina. “Kami belum melihat C919. Tetapi jika itu sebagus yang lain, mengapa tidak,” kata Sirika kepada Reuters di majelis penerbangan PBB pada hari Sabtu. “China dan Nigeria memiliki hubungan yang sangat ramah dan bersahabat dengan saling menguntungkan,” tambah Sirika.
Pesanan C919 akan menjadikan Nigeria Air sebagai pelanggan internasional pertama untuk pesawat produksi Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd.. Nigeria sebelumnya telah melakukan negosiasi kepada COMAC pada tahun 2017, dengan Pemerintah Negara Bagian Kaduna membuka pembicaraan kepada produsen pesawat yang berbasis di Shanghai untuk menyewakan pesawatnya ke operator Nigeria yang bersedia menempatkan diri di Bandara Internasional Kaduna.
Cina telah bekerja erat dengan pemerintah Nigeria selama beberapa dekade, setelah banyak berinvestasi dalam infrastruktur dan energi di seluruh wilayah. Nigeria saat ini merupakan importir terbesar barang-barang Cina di Afrika, dengan sekitar US$24 miliar masuk ke negara itu pada tahun 2021. Kemitraan dalam industri penerbangan tampaknya menjadi langkah ‘alami’ berikutnya bagi kedua negara.