Selain menawarkan efisiensi waktu tempuh, ternyata nilai keamanan dan prestise yang disajikan oleh sejumlah maskapai di Indonesia berdampak pada tingginya permintaan perjalanan udara. Para penumpang merasa layanan ini tidak bisa disaingi oleh penyedia jasa transportasi lain seperti bus atau kereta api sekali pun.
Baca Juga: Ouigo, Kereta Cepat Bergaya TGV dengan Tarif Rendah
Namun, untuk perjalanan antar kota yang jaraknya masih bisa dibilang dekat, tidak sedikit pula para penikmat perjalanan udara akan mengalihkan pilihannya pada jasa yang ditawarkan oleh PT KAI. Inilah fakta yang terjadi dari dalam negeri, bagaimana dengan yang terjadi di mancanegara?
Untuk sebagian wilayah Asia dan Eropa, eksistensi kereta api berkecepatan tinggi ternyata menjadi wadah alternatif bagi para penumpang yang hendak melakukan perjalanan udara. Harga, layanan, tingkat keselamatan, dan efisiensi waktu menjadi barometer penting yang akhirnya menjadikan kereta berkecepatan tinggi sebagai rival para maskapai yang menyediakan layanan perjalanan udara.
Selain poin-poin pada barometer di atas, tingkat keramahan lingkungan juga jadi satu nilai penting yang tidak luput dari pandangan sebagian kalangan. Tidak menggunakan bahan bakar jet yang terkenal berbahaya bagi lingkungan, dan tetap berada di darat menjadi dua poin vokal mengapa kereta cepat mulai banyak digandrungi banyak orang.
Seperti yang diwartakan KabarPenumpang.com dari laman traveller.com.au, periset dari Beihang University di Beijing dan University of South Florida di Tampa mengatakan bahwa salah satu poin penting yang akhirnya menjadikan persaingan pesawat dan kereta api berkecepatan tinggi semakin memanas adalah estimasi perjalanan. “Waktu tempuh menjadi sangat penting untuk daya saing moda transportasi yang berbeda,” ungkapnya pada tahun lalu.
Secara umum, kemunculan layanan kereta cepat dan terjangkau di Cina, Jepang, Korea Selatan dan Eropa Barat seolah telah mengikis prakonsepsi mengenai bagaimana persaingan yang terjadi antara maskapai penerbangan dan kereta api, ditinjau dari waktu tempuhnya.
Pada tahun 2015, Cina mencatat sebanyak 910 juta orang melakukan mobilisasi antar kota dengan menggunakan kereta api. Angka tersebut hampir setara dengan dua kali lipat jumlah penumpang pesawat, yang tercatat hanya 415,4 juta penumpang pada periode yang sama.
Baca Juga: TGV, Masih Jadi Lambang Supremasi Kereta Cepat Eropa
Pertumbuhan di sektor perkeretaapian yang kian pesat dewasa ini semakin memperkuat statemen yang menyebutkan bahwa di masa yang akan datang, kereta api dapat mengalahkan kedigdayaan pesawat. Munculnya layanan kereta cepat seperti Shinkansen di Jepang dan Fuxing di Cina yang dipadukan dengan kemajuan jaman, hampir dapat dipastikan akan menginterupsi jumlah penumpang pesawat.
Asumsi tersebut pun mendapat dukungan dari asisten profesor teknik sipil dan lingkungan di University of South Florida, Yu Zhang. “Layanan perjalanan udara akan terkena dampak, tapi kami juga tidak melihat pengurangan penumpang yang signifikan,” ungkap Yu.
Terlepas dari layanan, waktu tempuh, hingga harga yang diberikan oleh masing-masing operator, pada akhirnya, semua akan kembali pada para penumpang. Biarkan mereka memilh sendiri moda mana yang hendak mereka gunakan.