Teknologi pesawat sipil saat ini sudah sangat canggih. Tentu saja semua tidak diraih secara instan. Proses panjang dilalui ilmuan dan insinyur dunia secara estafet sampai tekonologi canggih dinikmati oleh insan dirgantara saat ini, salah satunya ialah autoland atau pendaratan otomatis yang dipelopori Inggris usai Perang Dunia II. Itu diakibatkan banyaknya asap yang menyulitkan pesawat mendarat.
Baca juga: Ternyata Kebanyakan Pesawat Saat Ini Mendarat Otomatis (Autoland)
Perang Dunia II adalah perang terbesar di dunia yang melibatkan banyak pihak, salah satunya Inggris. Inggris turut terseret dalam konflik dan berperang langsung dengan Jerman. Nazi Jerman bahkan sempat membombardir habis Inggris.
Demikian juga sebaliknya. Asap yang dihasilkan dari bom tersebut pada akhirnya menyulitkan Angkatan Udara Kerajaan (RAF) mendaratkan pesawat karena terhalang asap tebal. Kondisi itu lebih parah saat malam hari. Pada tahun 1945, RAF pun meluncurkan Blind Landing Experimental Unit (BLEU) atau unit eksperimental untuk pendaratan buta. Dari sini sejarah autoland pada pesawat dimulai.
BLEU bertanggung jawab untuk membangun karya Telecommunications Flying Unit (TFU) pada awal 1945, menggunakan sistem panduan radio SCS 51 Amerika untuk membawa Boeing 247D di DZ203 mendarat dalam kondisi gelap gulita.
SCS 51 menggunakan transmisi radio pada frekuensi yang berbeda untuk membantu pesawat, tidak hanya untuk melakukan pelacakan posisinya, tetapi juga untuk tetap berada di jalur yang stabil dan aman menuju runway (landasan pacu).
Sampai di sini, sistem masih berfungsi sebagai alat bantu navigasi pilot mendarat sampai 200 kaki dari runway dan kemudian memutuskan apakah terus mendarat atau divert.
BLEU kemudian mengembangkan sistem baru yang lebih canggih menggunakan sinyal panduan radio dari landasan pacu bersama panduan azimuth dari kabel yang digantung di sepanjang landasan pacu yang mengirimkan sinyal.
BLEU juga akan mengubah panduan vertikal menjadi altimeter radio FM untuk panduan yang lebih akurat, meminimalisir kesalahan dan mengurangi risiko kecelakaan serta akurasi pendaratan otomatis (autoland).
Sistem ini mensyaratkan pesawat untuk dilengkapi teknologi autopilot untuk memandu kontrol pesawat dan autothrottle untuk memastikan pesawat memiliki daya dorong yang tepat pada waktu yang tepat untuk tetap berada di jalurnya.
Pada tahun 1950, seperti dikutip dari Simple Flying, uji coba sistem atau teknologi baru pun dilakukan. Awalnya menggunakan pesawat de Havilland Devon. Dirasa cukup kecil, uji coba beralih ke pesawat Vickers Varsity yang lebih besar.
Baca juga: Apakah Pendaratan Autopilot Lebih Sulit atau Lebih Mulus Dibanding Pendaratan Secara Manual?
Pada tahun 1961, uji coba dilakukan di pesawat Douglas DC-7 di fasilitas pengujian di Bedford, Inggris Raya, dan Atlantic City, Amerika Serikat. Hasil dari pengujian ini melahirkan rekomendasi Administrasi Penerbangan Federal (FAA) agar teknologi temuan BLEU ini digunakan pesawat untuk pendaratan segala kondisi. Saat itulah teknologi autoland diterima secara luas di penerbangan sipil maupun militer.
Saat ini, seluruh pesawat modern, seperti Boeing 737 NG dan MAX, Airbus A321, serta Embraer 190, sudah dilengkapi dengan fitur autoland dan turunannya (autopilot dan autothrottle). Saat ini, Airbus juga tengah mengembangkan teknologi pesawat lepas landas otomatis untuk melengkapi teknologi pendaratan otomatis, autopilot, dan autothrottle.