Setelah mengirim empat pesawat komersial terbesar dunia, Airbus 380, akhir April lalu, flag carrier nasional Singapura, Singapore Airlines (SIA) dikabarkan mengirimkan lagi dua widebody itu ke Alice Springs (ASP), sebuah Gurun Pasir, di antara Darwin dan Adelaide, Australia. Dengan begitu, SIA sudah mengirimkan total enam pesawat A380.
Baca juga: Singapore Airlines Kirim A380 Ke ‘Kuburan’ Pesawat di Gurun Australia
Bila dihitung secara kolektif, SIA Group total sudah mengirim 11 pesawat, dimana lima lainnya terdiri dari tiga Boeing 777-200ER milik Singapore Airlines serta dua Airbus A320 milik Scoot. Tahun lalu, maskapai SIA Group lainnya, SilkAir, juga pernah menitipkan enam unit pesawat Boeing 737 Max 8 di sana selama kurang lebih enam bulan. Jadi, ASP memang sudah menjadi rumah kedua SIA Group sebagai fasilitas penyimpanan jangka pendek atau menengah.
Pasca tambahan dua pesawat itu, SIA masih menyisakan 13 unit A380 dibarisan armada mereka, mengingat maskapai ini masih mengejar target terbang ke 27 kota pada Juni dan Juli, mencakup kota-kota besar di Asia, Eropa, dan Amerika, seperti Jakarta, Sydney,Tokyo, Seoul, Shanghai, Hong Kong, London, Amsterdan, Barcelona, dan Los Angeles.
Simple Flying melaporkan, proses pengiriman dua A380 ke ASP sebetulnya dilakukan sejak akhir Juni lalu, tepatnya pada 26 dan 26 Juni. Di tanggal 26 Juni, A380 dengan kode registrasi 9V-SKQ diketahui berangkat ke ‘kuburan’ pesawat di Australia itu sebagai penerbangan SQ8867. Adapun 9V-SKP diterbangkan selang sehari sebagai penerbangan SQ8865, dengan menempuh total waktu masing-masing selama lima jam.
ASP sendiri menjadi favorit karena dinilai cocok untuk menggrounded pesawat. Terdapat banyak faktor mengapa hal itu terjadi, mulai dari jarak, iklim, hingga ketahanan permukaan terhadap beban pesawat.
Terkait jarak, Alice Springs terletak persis di tengah benua Australia atau beberapa ratus kilometer jauhnya dari ibu kota Sydney atau wilayah terkenal lainnya di Australia, seperti Melbourne, Adelaide, Brisbane, atau bahkan Perth. Namun dari Changi, ASP tergolong tak terlalu jauh bila dibanding tempat ideal lainnya. Wilayah Alice Springs dikelilingi oleh pedalaman gurun yang luas.
Praktis wilayah ini selalu kering dan sedikit hujan, tidak ada badai, angin Timur dengan kecepatan 13 km per jam, tingkat kelembaban relatif rendah, sekitar 25 persen. Kelembaban udara dinilai menjadi poin krusial mengapa ASP menjadi tempat ideal untuk menggrounded pesawat dibanding wilayah lainnya mengingat pesawat bisa saja menjadi korosi atau berkarat dibuatnya.
Suhu di Alice Springs juga tergolong stabil di angka 30 °C. Di musim panas atau gugur, panas ekstrem memang kerap terjadi, namun dalam jangka pendek hal itu tak terlalu berdampak negatif terhadap sistem elektronik pesawat. Ketika memasuki musim dingin suhu tidak terlalu ekstrem dibandingkan daratan Eropa bagian utara sehingga lebih bersahabat untuk pesawat. Aspek ideal lain dari daerah seperti ini adalah permukaannya cukup kokoh untuk menopang bobot pesawat besar.
Pihak SIA sendiri sampai saat ini belum mengkonfirmasi secara pasti, akan berapa lama pesawat-pesawat tersebut bertahan di sana. Hanya saja, biasanya, ASP memang sering kali menjadi favorit untuk dijadikan fasilitas penyimpanan sementara. Sama halnya dengan fasilitas penyimpanan serupa di Teruel, Spanyol, yang umumnya menjadi favorit maskapai-maskapai Eropa.
Berbeda dengan ASP dan Teruel, Spanyol, di bumi bagian lain, Amerika Serikat (AS) mempunyai juga mempunyai fasilitas penyimpanan pesawat yang cukup populer, mulai dari The Mojave Air dan Space Port di Gurun Mojave, Southern California, AS, Victorville, California, AS, dan Pangkalan Udara Davis-Monthana Air Force Boneyard, Tucson, Arizona, AS.
Baca juga: Jangan Kaget, Inilah Jumlah Pesawat yang Di-grounded di Seluruh Dunia
Perbedaan antara antara keduanya (ASP-Teruel) dengan Mojave dan fasilitas penyimpanan lainnya di AS terletak pada lamanya penyimpanan. Meskipun pihak pengelola tidak memberikan syarat khusus berapa lama pesawat dapat bertahan di sana, bak aturan tak tertulis, ASP-Teruel pada umumnya hanya digunakan untuk fasilitas penyimpanan dalam jangka pendek akibat satu dan lain hal, tak terkecuali akibat pandemi Covid-19.
Sedangkan fasilitas penyimpanan pesawat di AS, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, pada umumnya digunakan untuk menyimpan pesawat dalam jangka waktu lama. Bahkan, bisa dibilang fasilitas penyimpanan abadi alias sebagai ‘kuburan’ pesawat mengingat pesawat-pesawat dibiarkan begitu saja dimakan waktu.