Tidak selamanya perkembangan teknologi yang diaplikasikan di kehidupan sehari-hari menuai pujian, mesti ada saja beberapa elemen masyarakat yang menolak terobosan tersebut. Sebut saja textalyzer, sebuah perangkat lunak yang diketahui dapat memungkinkan pihak kepolisian untuk merunut kejadian sebelum kecelakaan lalu lintas melalui ponsel si korban. Ini merupakan tindak lanjut dari banyaknya kasus kecelakaan disebabkan oleh pengemudi yang memainkan ponselnya ketika tengah berkendara.
Baca Juga: Pelatihan Terhadap Pengemudi Bus Akan Meminimalisir Tingkat Kecelakaan
Textalyzer dapat mencegah pengemudi untuk tidak terdistraksi oleh ponsel selama berkendara. Namun sebagian orang menyatakan bahwa kehadiran aplikasi tersebut sebagai pelanggaran privasi, karena petugas kepolisian bisa mengunduh setiap informasi dari ponsel pengemudi dan mengidentifikasi setiap aktifitas ponsel beberapa waktu sebelum kecelakaan terjadi. Banyak pihak yang mengasosiasikan textalyzer ini dengan breathalyzer, sebuah perangkat yang dapat mengecek kandungan alkohol dalam darah hanya dari hembusan nafas.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman today.com (21/6/2017), dari data yang diunduh polisi melalui textalyzer, mereka dapat menentukan apakah pengemudi tersebut terdistraksi oleh ponsel sebelum kecelakaan terjadi. Tidak hanya sebelum kecelakaan, apabila Indonesia juga menggunakan software kontroversional ini, pihak kepolisian bisa menggunakannya ketika tengah melakukan razia. Berkendara sembari memainkan ponsel merupakan perbuatan ilegal yang tidak hanya berlaku di 47 negara bagian dan District of Columbia, tapi juga di seluruh dunia.
Adapun textalyzer dikembangkan oleh Cellebrite, sebuah perusahaan asal Israel yang bergerak dibidang ekstraksi data. Serangkaian uji coba pun telah dilakukan guna menyempurnakan aplikasi ini. Dalam salah satu uji coba yang terlampir di laman sumber, terlihat alat ini mampu menganalisa aktifitas yang dilakukan seseorang dengan ponselnya.
“Setelah data diunduh, saya dapat mengetahui Anda membuka WhatsApp pada pukul 14.45, lalu mengakses Facebook, lalu menerima panggilan masuk pada pukul 14.59, dan mengirimkan sebuah pesan singkat pda pukul 15.00,” ungkap Jim Grady, CEO dari Cellebrite. Dan hebatnya, semua aktifitas yang dijabarkan Jim amatlah akurat.
Baca Juga: Atasi Risiko Tertabrak Kereta, Inggris Ciptakan Aplikasi “Peringatan” Berbasis LBS
Namun dibalik usaha pengadaan software tersebut, masalah privasi seakan berdiri di garda depan untuk menolak kehadirannya. “Tidak ada yang bisa menjamin pihak kepolisian yang sudah mengunduh informasi melalui ponsel Anda tidak melihat atau menyalin semua jenis data pribadi tentang Anda,” tutur Jay Stanley dari American Civil Liberates Union. Namun pihak Cellebrate langsung membantah persepsi tersebut. “Textalyzer tidak akan mengambil informasi seperti itu,” tukasnya.
“Kami tidak akan mendapatkan informasi seperti yang ditakutkan oleh banyak pihak, Textalyzer hanya mendapatkan informasi mengenai sentuhan dan gerakan menggeser di layar ponsel saja,” tepis Jim. Hingga saat ini, Textalyzer masih dalam wujud beta dan masih dalam tahap pengembangan. Jim mengatakan pihak kepolisian belum bisa menggunakan software ini selama otoritas di negara bagian belum meloloskan undang-undang tentangnya.