Akhir 2017 lalu, Cina merilis rencana tiga tahun kedepan untuk meningkatkan daya saing ekonomi negara tersebut dengan teknologi di sembilan sektor industrinya, mulai dari robotika hingga kereta api. Inisiatif dan rencana ini menandai usaha terbaru Beijing untuk mengembangkan industri yang dianggap akan memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi negara tersebut di masa depan.
Baca juga: Pertama di Dunia! Cina Perkenalkan Halte Bus Cetak 3D dari Bahan Daur Ulang
KabarPenumpang.com melansir dari laman scmp.com (27/12/2017), rencana yang diterbitkan oleh National Development and Reform Commission (NDRC), salah satunya adalah untuk mengembangkan kereta magnetik levitasi (Maglev) yang dapat melesat hingga 600 km per jam pada tahun 2020 mendatang. Selain itu ada juga pengembangan pada konseo mobil cerdas, robotika, pembuatan kapal, peralatan maritim, mesin pertanian modern, peralatan medis serta obat-obatan, bahan baju, manufaktur cerdas dan peralatan lainnya.
Tujuan dalam pengembangan teknologi ini adalah menjadikan Cina sebagai negara manufaktur yang kuat dan meningkatkan kekuatan industri nasional melalui internet, big data dan teknologi kecerdasan buatan. Untuk mencapai hal ini, NDRC telah menetapkan target spesifik untuk mengembangkan teknologi utama dan membimbing penelitian serta arus dana di masing-masing sektor.
Produsen mobil terbesar di Cina di dorong untuk menggunakan chip komputer. NDRC juga meminta agar produsen mobil mengembangkan peralatan berteknologi tinggi seperti kamera dengan resolusi tinggi dan sistem elektronik yang tepat untuk mengingatkan pengemudi jika berada dalam bahaya benturan (early warning system).
Selain itu pada delapan sektor lainnya juga ditetapkan rencana yang serupa. Hal ini karena industri yang dipimpin Cina mendapat sorotan lebih di antara mitra dagang lainnya di Amerika Serikat dan Eropa. Uni Eropa sendiri baru memperkenalkan aturan terbaru untuk mencegah impor yang terlalu murah dari produsen luar negeri yang diduga memperoleh keuntungan melalui praktik perdaganagn yang tidak adil.
Untuk sektor perkeretaapian, Cina berencana untuk mengembangkan kereta Maglev di kelas 600 km per jam akan menempatkan Negeri Tirai Bambu ini dipuncak industri kereta api dunia dalam penggunaan teknologi. Saat ini diketahui kereta di Cina tepatnya di Shanghai memiliki kecepatan rata-rata sekitar 200 km per jam.
“Cina bersaing dengan Amerika Serikat untuk merenovasi sektor manufakturnya. Dukungan pemerintah dalam mengembangkan teknologi generik sangat dibutuhkan, namun harus dihindari agar tidak terlalu banyak melakukan strategi dan menetapkan tujuan yang tidak realistis. Saya ragu jika ada perusahaan yang tertarik untuk memasarkan teknologi maglev train karena harganya akan sangat besar,” kata Zhao Jian seorang profesor ekonomi di Universitas Jiaotong Beijing.
Hampir satu dekade setelah krisis keuangan global, Cina berada di jalur yang kuat untuk menjadi pemimpin global dalam industri mobil listrik yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Namun, keberhasilannya terutama dapat dikaitkan dengan usaha yang kuat di sektor swasta. Kebijakan industri China, dari subsidi produsen panel surya hingga pembuat mobil energi baru, belum banyak mendukung perusahaan lokal untuk sukses.
Baca juga: Tembus Pegunungan Qinling, Cina Luncurkan Kereta Cepat Lintasi Wilayah Utara dan Selatan
“Kebijakan industri, meski bekerja dengan baik, hanya bekerja untuk jangka pendek. Untuk jangka panjang, Cina kehilangan kredit dengan membiarkan kekuasaan administratif memainkan peran besar dalam ekonomi dan ditakdirkan untuk menghasilkan lebih banyak keluhan dari negara-negara asing,” ujar Hu Xingdou, seorang ekonom independen.