27 November 1989 atau 33 tahun yang lalu, pesawat Boeing 727-200 salah satu maskapai tertua di dunia, Avianca, jatuh di wilayah Soacha, Kolombia, setelah dibom oleh kartel narkoba pimpinan Pablo Escobar. 107 orang atau semua penumpang dan awak tewas, termasuk tiga orang di darat yang tewas akibat tertimpa puing-puing pesawat.
Baca juga: Hari Ini, 48 Tahun Lalu, TWA Flight 841 Dibom Pemuda Palestina Gegara Intel Israel
Dilansir Simple Flying, pesawat Boeing 727-200 dengan nomor registrasi HK-1803 itu di awal sudah melalui proses pengecekan yang ketat sampai dinyatakan laik terbang. Begitu juga dengan seluruh penumpang, semuanya sudah melewati pengecekan ketat petugas sekalipun saat itu prosesnya masih manual dan belum ada body scanner.
Pesawat trijet dengan nomor penerbangan (Flight) 203 rute Bogota-Cali itu akhirnya lepas landas dari Bandara Internasional El Dorado dengan mulus. Pilot-kopilot langsung membawa pesawat climbing untuk mencapai ke ketinggian yang diinginkan.
Disebutkan, dalam tempo hanya lima menit setelah lepas landas, pesawat sudah mencapai ketinggian 13.000 kaki (3.962 meter) di atas permukaan laut. Sampai di sini, pesawat masih aman dan belum ada tanda-tanda bahaya muncul.
Tak lama setelah itu, petaka mulai menghampiri pesawat yang waktu itu berumur 23,5 tahun atau buatan tahun 1966 itu. Bom yang diletakkan di bawah kursi 14F, mulai bereaksi dan akhirnya meledak.
Tak begitu jelas bagaimana bom tersebut bisa masuk ke pesawat dan tidak jelas pula apakah bom tersebut diletakkan oleh seorang penumpang saat dalam penerbangan atau sebelum penerbangan.
Menariknya, ledakan tersebut, berhubung sumber ledakannya berada di sekitar tangki bahan bakar pesawat, sempat dikira akibat kebocoran bahan bakar hingga menimbulkan ledakan.
Yang pasti, usai ledakan tersebut memicu kebakaran besar di bagian tangki bahan bakar pesawat dan sayap. Saat pesawat terbang dalam kondisi terbakar, banyak masyarakat di darat melihatnya dengan jelas sebelum ledakan kedua akhirnya menghancurkan pesawat menjadi berkeping-keping di langit wilayah Soacha, Kolombia.
Kepingan pesawat tersebut pun turut menewaskan tiga orang di darat, ditambah 107 penumpang dan kru menjadi total 110 orang tewas karenanya. Ini menjadi kecelakaan pesawat terburuk kedua di Kolombia kala itu dan sekarang bergeser menjadi di posisi ke-4.
Meski sempat menjadi kontriversi akibat versi yang menyatakan penyebab kecelakaan akibat ledakan di tangki bahan bakar, namun hasil penyelidikan lebih lanjut mengkonfirmasi keterlibatan anak buah Pablo Escobar, Dandeny Muñoz Mosquera dalam ledakan yang dikonfirmasi berasal dari bom tersebut. Ia kemudian dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.